Mohon tunggu...
Nur Rohim Laras
Nur Rohim Laras Mohon Tunggu... Penulis - Laras

Perempuan itu : Belajar tau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Budaya Membaca di Mata Milenial

10 Juni 2019   18:12 Diperbarui: 10 Juni 2019   18:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara tentang milenial saat ini, tentu juga dekat dengan kata digital. Karena pengaruh atas perubahan zaman yang dipenuhi dengan kecanggihan teknologi. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa membahas milenial juga akan membahas teknologi. 

Apa dengan kecanggihan digital budaya membaca saat ini membaik atau malah sebaliknya. Tapi dengan kecanggihan bukannya akan mempermudah milenial untuk mengakses sumber bacaan. Dengan demikian minat membaca akan semakin baik.

Tetapi penelitian PISA menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Ini adalah hasil penelitian terhadap 72 negara. Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3 skor. 

Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara yang disurvei (bukan 72 karena 2 negara lainnya yakni Malaysia dan Kazakhstan tak memenuhi kualifikasi penelitian). Indonesia masih mengungguli Brazil namun berada di bawah Yordania. 

Skor rata-rata untuk sains adalah 493, untuk membaca 493 juga, dan untuk matematika 490. Skor Indonesia untuk sains adalah 403, untuk membaca 397, dan untuk matematika 386.

Jangan salahkan anak-anak Indonesia

Dipetik dari Kompas.com Inisiator Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka, terang-terangan tak setuju dengan cap bahwa anak-anak Indonesia adalah anak-anak yang malas membaca buku. Menurutnya, survei PISA dan CCSU menimbulkan kesimpulan yang salah tentang minat baca orang Indonesia.

"Kawan-kawan di Pustaka Bergerak selalu melihat minat baca dari masyarkat itu tinggi sekali. Begitu disodorkan buku-buku yang sesuai, mereka sangat antusias," kata Nirwan saat berbincang dengan detikcom, Jumat (4/1/2019).

Juga dengan pandangan beberapa teman di Pekanbaru dan beberapa kota lainnya di Indonesua yang bergerak secara independen. Untuk membuka pustaka keliling, juga lapak-lapak baca gratis disudut kampus. Banyak mahasiswa yang tergerak untuk bergabung dan membaca bersama. Serta melanjutkan dengan diskusi ringan antar mereka.

 Yang seharusnya difasilitasi

Banyak milenial yang sebenarnya butuh fasilitas yang menuntun mereka untuk meningkatkan minat baca. Seperti buku bacaan ataupun buku-buku ilmiah sebagai penunjang tugas kuliah.

Menurut Laila, mahasiswi Ilmu Komunikasi disalah satu kampus yang ada di Pekanbaru. Dia menyatakan bahwa di perpustakaan fakultas maupun kampus dia berkuliah, sangat minim fasilitas. Salah satunya fasilitas penunjang perkuliahan diantaranya buku bacaan sesuai jurusannya kini. 

Hal itu membuat dia dan mahasiswa lainnya jadi terhambat dan kendala paling besar untuk fokus terhadap perkuliahan. Lantas bagaimana menumbuhkan minat dan meningkatkan budaya membaca. Bagian terdekat ataupun lingkungan kurang menfasilitasi dan jauh dari kata lumayan sebagai pemenuh kebutuhan para milenial.

Hal itu masih salah satu fasilitas yang jauh dari kata lumayan di daerah perkotaan terutama Pekanbaru. Bagaimana dengan fasilitas lain penunjang yang tentunya perlu diperhatikan dan menjadi salah satu hal yang mendasar untuk meningkatkan budaya membaca di generasi milenial saat ini. 

Tentu kecanggihan saja tidak cukup, jika tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai dan mejadi pendorong semangat para milenial di Indonesia.

Minimnya buku-buku terbaru diperpustakaan kampus juga membuat mereka merasa banyak kekurangan dan menjadi salah satu masalah yang sering terjadi. Apalagi bagi mereka milenial yang tinggal dipedesaan, jauh dari sumber bacaan yang sesuai. Jika dikampus mungkin perpustakaan bisa menjadi jembatan untuk mereka semangat dan terus membudaya dengan membaca.

Dan bagi milenial di pedesaan tentu butuhnya fasilitas yang sangat memadai untuk kecerdasan hingga pelosok negeri. Dan itu adalah untuk semua anak bangsa di zaman yang semakin canggih ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun