Mohon tunggu...
Nur Rizka Mardhatillah
Nur Rizka Mardhatillah Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance Graphic Designer | Industrial Engineering Student

Mahasiswa teknik yang menggemari seni

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Review Novel] Friend Zone

22 Februari 2018   14:55 Diperbarui: 31 Oktober 2018   14:42 8734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel Friendzone yang dua tahun belakangan ini sempat booming di dunia per-Wattpad-an mampu menarik minat pembaca, terutama remaja. Novel yang berjargonkan "Seandainya Kamu Peka Lebih Awal" bercerita tentang sepasang remaja yang berjanji untuk bersahabat sampai kapanpun. Namun di balik itu semua, rasa cinta telah tertanam di salah satu pihak hingga suatu ketika rasa itu tak sempat terbalaskan.

Pasti hal yang terlintas dibenak kalian saat mendengar kata Friendzone pertama kali ialah cerita klasik tentang dua orang remaja yang tak dapat merasakan kata cinta karena terhalang oleh kata sahabat. Memang, novel ini juga menceritakan hal yang seperti itu namun konflik yang disajikan penulis jauh sedikit berbeda. Dua orang tokoh utama, David dan Abel, digambarkan sebagai sahabat yang tinggal di satu rumah yang sama. Hal tersebut dapat dibuktikan dari cara Abel mengatur dirinya saat dia berjalan bedampingan dengan David.

"Perasaan gue makin aneh nggak sih, sejak gue suka sama David yang notabene sahabat gue sendiri? Jantung udah kayak abis maraton. Pipi yang jadi merah pakai banget. Sigh, untungnya David nggak sadar sama sekali. Oke Bel, jangan panik dulu. Tarik napaaaas. Buang. Hufttt. Dan, gue melakukan itu berulang-ulang. Tapi, gue ngelakuinnya diam-diam, jangan sa-"(Dua:12)

Novel yang digarap pada tahun 2014 ini mampu menyaingi Dear Nathan di Wattpad kala itu. Bagaimana bisa? Pertama, gaya bahasa penulis yang enak. Kedua, alurnya yang tidak sulit dimengerti. Ketiga, visualisasi yang teramat tajam. Keempat, cerita yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari jadi pembaca bisa merasakannya.

Layaknya cerita wattpad pada umumnya. Novel ini menggunakan sistem POV (Point Of View/ sudut pandang). Mengapa demikian? Alasannya terjelasnya ialah untuk memperjelas cerita atau hal yag terjadi di setiap tokoh. Dengan sudut pandang orang pertama yang tidak selalu tetap akan membuat pembaca "gergetan".

Contoh dari POV itu sendiri dapat kita lihat pada Chapter Satu halaman pertama

"ABEL

Hari ini gue udah siap jadi siswi kelas 2 SMA. Setelah gue bangun dan ngerapiin tempat tidur, gue langsung man-" (Satu:2)

Di samping penggunaan POVnya, cerita yang ber-genreteenfiction tidak akan jauh-jauh dari kata flashback. Hal tersebut tertulis pada halaman 199 chapter Dua Puluh Tiga yang berisi " 'Dav, kamu kok kayak lagi ngumpetin sesuau, sih?' tanya Abel dalam versi kecil."(Lima:40)

Penulis dengan sengaja menampilkan alur maju dan mundur supaya pembaca sulit menebak apa yang akan terjadi di akhir cerita. Walaupun akhir cerita yang diberikan jauh berbanding terbalik dengan apa yang disajikan di wattpad. Namun hal itu membuat beberapa pembaca legah.

Pada novel yang ber-genre teenfictionjuga, begitu akrab dengan visualisasi tokoh yang menjadi idaman para murid. Hal tersebut pula yang menjadi daya tarik bagi novel Friendzone ini. Vanesa menciptakan dua tokoh utama yang bisa dikatakan diagung-agungkan dan dua tokoh pembantu yang sangat berperan dalam jalannya cerita Friendzone. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun