Mohon tunggu...
Nur Rizka Laila
Nur Rizka Laila Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nur Rizka Laila nama panjangnya biasa dipanggil Rizka. ia saat ini kuliah di UINS Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia suka sekali mencoba hal baru dan menambah pengalaman. Mempunyai banyak mimpi dan selalu yakin akan terwujud diwaktu yang tepat. ingin sekali selalu menyebarkan hal bermanfaat kepada semua orang. Hobinya membaca,menulisdan juga memasak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Kognitif, Meta Kognitif, dan Pendekatan Kontruktivisme

26 Oktober 2024   19:43 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:27 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori belajar psikologi kognitif menekankan proses aktif dalam mengenali dan memikirkan situasi belajar, di mana pengetahuan dibangun melalui pengalaman individu. Menurut Wundt, kognisi adalah proses kreatif yang bertujuan untuk membangun struktur pengetahuan. Prinsip dasar dari teori ini meliputi belajar aktif, interaksi sosial, dan pengalaman pribadi, yang menunjukkan bahwa pemahaman individu dipengaruhi oleh bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain.

Jean Piaget, dengan teorinya tentang perkembangan kognitif, menjelaskan bahwa anak-anak berkembang melalui empat tahapan: sensori motor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Jerome Bruner menekankan pentingnya discovery learning, di mana siswa belajar melalui penemuan, dengan tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik. Proses ini didukung oleh konsep scaffolding, di mana guru membimbing siswa hingga mereka dapat belajar secara mandiri. Selain itu, Bruner memperkenalkan kurikulum spiral, yang menyajikan materi secara bertahap dari umum ke rinci, sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Secara keseluruhan, teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses mental dalam belajar dan relevansi pengalaman serta interaksi sosial dalam pengembangan pengetahuan.

Implikasi Teori Belajar Kognitif: Teori belajar kognitif, terutama dari Piaget, mengarah pada strategi pengajaran sesuai tahap perkembangan siswa:

  1. Pra-operasional: Mendorong pengelompokan objek, perbandingan, dan penggambaran perspektif.
  2. Operasional konkret: Mengajak siswa menemukan konsep dengan pertanyaan dan melakukan tugas konkret.
  3. Operasional formal: Memfasilitasi hipotesis, evaluasi masalah, dan proyek investigasi.

Pendekatan Konstruktivisme: Konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang berfokus pada pengalaman siswa. Hal ini meningkatkan keaktifan mereka dalam proses belajar, dengan tujuan untuk membangun pemahaman dan keterampilan.

Konstruktivisme Individual dan Sosial (Vygotsky): Vygotsky menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam perkembangan anak, termasuk:

  1. Kebudayaan menyediakan pengetahuan dan proses berpikir.
  2. Pembelajaran adalah dialektis, di mana siswa belajar dan berbagi pengetahuan.
  3. Tanggung jawab menyelesaikan masalah berpindah dari orang dewasa ke siswa.
  4. Bahasa sebagai alat utama dalam interaksi dan pembelajaran.

Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan kognitif adalah proses psikologis yang terkait dengan bagaimana individu memahami dan berpikir tentang lingkungannya. Menurut Chaplin, kognisi mencakup semua bentuk pengenalan, seperti melihat, memperhatikan, dan menilai. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung melalui beberapa tahap, dimulai dari tahap sensorimotor (0-2 tahun), pre-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), hingga operasional formal (11 tahun ke atas).

Pandangan kontemporer seperti teori pemrosesan informasi menekankan bahwa kemampuan kognitif sudah ada pada bayi, berbeda dengan pandangan Piaget yang berpendapat bahwa kognisi bayi baru berkembang setelah usia dua tahun. Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak mulai mengeksplorasi lingkungan dan bertanya, yang berkontribusi pada perkembangan kognitif mereka.

Perkembangan Metakognitif Anak

Metakognitif, yang dikembangkan oleh Flavel, berkaitan dengan kesadaran anak tentang pikirannya sendiri dan proses berpikir. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mulai memahami pikiran dan dapat membedakan antara pengetahuan dan pengalaman internal mereka sejak usia dini. Metakognisi penting dalam situasi pembelajaran dan memerlukan latihan agar menjadi kebiasaan.

Pengembangan metakognitif juga memerlukan dukungan dari orang tua dan pendidik untuk membantu anak merefleksikan dan mengobservasi proses berpikir mereka.

Pengertian Kognitif

Kognitif merujuk pada proses mental kompleks yang mencakup penerimaan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Piaget berpendapat bahwa anak-anak aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya pengaruh sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif.

Tahap Perkembangan Kognitif

Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif:

  • Tahap Sensorimotor (0-2 tahun): Anak memahami dunia melalui pengalaman indera dan motorik.
  • Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun): Pemikiran simbolis mulai muncul, tetapi masih egosentris dan intuitif.
  • Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun): Anak mulai berpikir logis dan sistematis tentang objek nyata.
  • Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Pemikiran menjadi lebih abstrak dan logis, dengan kemampuan untuk menyusun hipotesis.

Metakognisi adalah kesadaran dan kontrol atas proses berpikir serta pembelajaran, pertama kali diperkenalkan oleh Flavell pada 1976. Dalam taksonomi pengetahuan, metakognisi ditempatkan sebagai tingkat tertinggi di atas pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Kemampuan ini mencakup perencanaan, pemantauan, dan evaluasi proses belajar, yang penting untuk menciptakan pembelajar mandiri dan kritis. Penerapan metakognisi dalam belajar melibatkan langkah-langkah seperti menetapkan tujuan, memantau pemahaman, dan mengevaluasi hasil belajar. Dengan menguasai metakognisi, individu dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengadaptasi strategi belajar sesuai kebutuhan, sehingga meningkatkan efektivitas dalam belajar di berbagai bidang studi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun