Mohon tunggu...
Nurrezki Laiqa
Nurrezki Laiqa Mohon Tunggu... Editor - freelancer

Think, do you live in film or reality?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banteng Betina

2 November 2022   12:35 Diperbarui: 2 November 2022   12:37 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maka targetnya jelas kemenangan. Semua langkah dan strategi dipilih untuk meraih target tersebut. Jadi, jika hari ini ia masih menggadang-gadang Puan, tentu Mega masih memandang Puan mampu mewujudkan target itu.

Namun perjalanan masih panjang. Masih ada setidaknya 10 bulan untuk Mega membuat penilaian akhir. Dengan target tinggi yang sudah dicanangkan, ia akan membaca seluruh data evaluasi dan menimbang dari segala sisi.

Jika memang Puan tetap dipandang mampu, pasti anaknya itu yang akan dipilih maju. Tapi jika tidak, Mega tak mungkin mengabaikan kader lain yang lebih mampu. Kalau kata Eros Djarot, teman dekat Megawati itu, "Winning is Everything." Maka yakinlah, Mega tidak akan memilih calon presiden yang persentase kemenangannya kecil.

Apalagi capres yang diusung sebuah partai tidak hanya menentukan kemenangan-kekalahan Pilpres. Tapi juga akan berpengaruh besar pada Pemilu Legislatif. Tentu Mega tak akan sudi kalah dua kali. Sudah capresnya kalah, Pileg pun hancur-hancuran. Dan PDIP kembali jadi oposisi.

Sejarah sudah mengajarkan pada Mega bahwa kemenangan tidak bisa diraih dengan nafsu. Apalagi dengan ego dan kejumawaan sebagai partai terbesar. Ia sudah mengalami sendiri di perhelatan politik terdahulu. Bagaimana dia sendiri, sebagai banteng betina nomor satu, dikalahkan dua kali oleh SBY dengan partai kecil yang baru lahir. Dan sepuluh tahun kemudian, PDIP terpaksa harus menerima jadi oposisi. Alih-alih menguasai parlemen. Kader-kader PDIP harus teriak-teriak di jalan, berpeluh keringat dan kehausan, hanya untuk menyuarakan sebuah aspirasi.

Tentu pengalaman ini pun sudah diajarkan Mega pada anaknya. Jika banteng jantan suka sekali menyerang dan menyeruduk, banteng betina akan lebih bijak dalam melihat keseluruhan arena untuk menentukan waktu yang tepat dalam memastikan kemenangannya.

Mega sedang mengajari Puan menjadi banteng betina. Dengan menyuruh turun ke bawah, Ia berharap Puan mampu bersikap bijak dan rasional pula. Belajar mendengar dan memahami apa sesungguhnya keinginan rakyatnya.

Pada gilirannya, keputusan Mega yang berdasar keinginan rakyat itu tak akan diveto anak sendiri. Puan Sang Banteng Betina akan mendukung penuh keputusan ibunda.

Hujan sudah reda. Sayup-sayup suara adzan di ujung desa telah menggema. Ah, jadi teringat habis magrib nanti harus menemani anakku mengerjakan PR-nya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun