Menurutnya pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera, akan tetapi bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni yang tidak tergantung pada pengalaman.Â
Dapat diaimpilkan filsafat idealis kritis menitik-beratkan pada pemahaman sesuatu itu datang dari akal murni dan tidak bergantung pada suatu pengalaman.
3. Al-Ghazali, membagi akal dalam beberapa daya yang dilihat sari potensi dan kadarnya : Pertama, akal praktis; akal ini berfungsi untuk menggerakkan anggota tubuh dan untuk melahirkan pengetahuan-pengetahuan praktis. Kedua, akal teoritis; merupakan daya pengetahuan dalam diri manusia atau keinginan-keinginan untuk mengetahui yang bersifat immaterial dan abstrak.
5. Hegel, mengangkat idealisme subyektif dan obyektif untuk menggambarkan tesis dan antitesis secara berturut-turut. Hegel sendiri mengemukakan pandangannya sendiri yang disebut idealisme absolut sebagai sintesis yang lebih tinggi dibanding unsur yang membentuknya (tesis dan antitesis)
6. Fichte, memakai nama idealisme subyektif, jadi pandangan-pandangan berasal dari subyek-subyek tertentu, dia menyandarkan keunggulan moral untuk sebuah etika manusia yang ideal. Dia diduga sebagai pendiri idealisme di Jerman.
7. David Hume, berpendapat bahwa sumber pengetahuan didapatkan dari rasio dan akal. Pengetahuan yang diterima oleh panca indera dibutuhkan pengalaman untuk membuktikan kebenaran dengan melakukan penelitian dan percobaan untuk mengetahui latar belakang pengetahuan tersebut.
8. Elea, madzhab ini terkenal karena suatu ungkapan yang "ada", dalam hal ini ada dan tidak ada tidak bisa dipikirkan, karena yang "ada" merupakan inti dari kebenaran sesuatu.
Sekian semoga bermanfaat, terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H