Mohon tunggu...
Nur Rahmi
Nur Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kemahasiswaan

13 Juni 2021   19:29 Diperbarui: 13 Juni 2021   19:32 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4)Iron Stock

 Mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.

     Pergerakan mahasiswa yang pertama terbentuk pada tahun 1908 bernama Boedi Oetomo yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Stovia pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta. Organisasi pemuda ini terus berkembang dan mencapai puncaknya pada deklarasi sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Setelah merdeka, tepatnya di era 1966 dan 1998, peran mahasiswa sudah jauh melebihi masa 1928. Tidak hanya melalui pemikiran-pemikiran melainkan langsung berdemo turun ke jalan. Tahun 1966 di saat terakhir kepemimpinan Presiden Soekarno, terjadi demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura. Setelah melalui perjuangan yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah oleh para mahasiswa, tujuan dari Tritura dapat terlaksana. Peristiwa ini ditandai dengan keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang menyebabkan munculnya dualisme kepemimpinan. Pada tahun 1967 Soekarno dicabut kekuasaannya dan digantikan oleh Soeharto yang diangkat sebagai Presiden RI untuk masa jabatan 1968-1973, ini sekaligus menandai lahirnya kekuasaan Orde Baru.

    Gerakan mahasiswa pada masa Orde Baru jauh berbeda dengan masa Orde lama. Pada masa Orde Lama mahasiswa bekerjasama dengan militer, namun pada masa Orde Baru mahasiswa bergerak melawan militer. Berbagai hal tersebut membuat hubungan antara pemerintah dengan mahasiswa semakin tidak kondusif. Pihak militer dianggap telah bertindak semena-mena kepada mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi, akibatnya aksi demonstrasi semakin meluas. Atas berbagai tekanan itulah pada tanggal 21 mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Peristiwa inilah yang menandai berakhirnya rezim Orde Baru menuju Zaman Reformasi.

     Paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah "Lulus cepat, langsung kerja" Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat, seperti yang dituangkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Paradigma ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk.

    Fenomena lain adalah polarisasi antara kegiatan akademik dan organisasi. Jarang sekali ada mahasiswa yang dapat menjalankan dua kegiatan ini dengan baik. Mahasiswa yang memiliki pilihan ekstrim terhadap kegiatan akademik (study oriented) kurang bisa memberikan kontribusi riil kepada masyarakatnya. Dalam menjalani kehidupan pasca-kampus, seorang mahasiswa yang study oriented kurang memiliki kecakapan untuk dapat bekerja secara tim, sehingga saat ini banyak perusahaan yang memiliki persyaratan khusus mengenai riwayat organisasi. Dalam titik ekstrim yang lain, mahasiswa yang organization oriented juga memiliki permasalahan krusial. Dengan fokus yang sangat berlebihan terhadap kehidupan berorganisasinya, mahasiswa tipe organization oriented ini tidak memiliki prestasi akademik yang baik.

     Kampus sebagai habitat mahasiswa harus menjadi tempat melatih kepemimpinan, membentuk kepribadian yang mengintegrasikan potensi intelektual, fisikal, dan spiritual. keseimbangan antara akademik dan organisasi harus diwujudkan sebagai langkah strategis. Penguasaan keilmuan harus menjadi pedoman mahasiswa dalam mengorganisasikan pergerakannya. Akhirnya, dimanapun berada mahasiswa harusnya menciptakan sinergisitas dengan semua elemen masyarakat yang ada di atasnya maupun di bawah mereka agar benar-benar menjadi pemimpin yang strategis pada masa kini, terutama masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun