Mohon tunggu...
Nur Rahma Yani
Nur Rahma Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jambi

Saya adalah mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di Universitas Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Social Anxiety Disorder: Jangan Remehkan Perasaan Cemas Saat Berada di Situasi Sosial!

3 Desember 2023   13:41 Diperbarui: 3 Desember 2023   13:45 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang mana manusia tidak dapat hidup sendiri sehingga dibutuhkan interaksi dengan manusia lain. Setiap orang pernah merasa cemas atau khawatir ketika berinteraksi dengan orang lain, seperti wawancara kerja atau saat orang tersebut harus berbicara di depan umum. Namun, bagaimana jika kecemasan yang dialami orang tersebut terjadi secara berlebihan hingga membuat mereka menarik diri dari situasi sosial bahkan mengganggu kehidupan sehari-hari mereka? Lalu apakah kecemasan tersebut dapat diatasi? Mari simak artikel ini!

Apa Itu Gangguan Kecemasan Sosial?

Gangguan kecemasan sosial atau Social Anxiety Disorder adalah salah satu gangguan kesehatan mental di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan dan terus menerus saat akan menghadapi situasi atau interaksi sosial bahkan merasakan kecemasan tersebut selama berminggu-minggu sebelum terjadinya interaksi sosial yang melibatkan performa tertentu. Biasanya, mereka yang mengalami gangguan ini lebih sering merasakan kecemasan tersebut pada situasi yang asing. 

Prevalensi Gangguan Kecemasan Sosial di Indonesia

Dalam penelitian yang dilakukan oleh  Jefferies & Ungar (2020) terkait studi prevalensi Social Anxiety Disorder yang ada di 7 negara, individu yang memiliki atau menunjukkan gejala Social Anxiety Disorder di Indonesia adalah 22,9%.

Social Anxiety Disorder berbeda dengan Introvert!

Orang dengan Social Anxiety Disorder tidak sama dengan kepribadian introvert. Introvert merupakan kepribadian di mana individu lebih mengarahkan pribadinya ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada 'dunia' mereka di mana realita hadir dalam bentuk hasil amatan (Alwisol, 2018). Sementara Social Anxiety Disorder yang merupakan gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya orang dengan kepribadian introvert yang terjadi akibat faktor-faktor tertentu. Mereka dengan kepribadian introvert cenderung tidak suka keramaian, sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri, pendiam, namun belum tentu semua orang dengan kepribadian introvert merasa takut atau cemas yang berlebihan sehingga mereka masih bisa berinteraksi sosial.

Gejala Social Anxiety Disorder

Gejala gangguan kecemasan sosial ini dapat timbul jauh sebelum atau saat akan menghadapi situasi. Berikut ini beberapa tanda dan gejala kecemasan sosial:

  • Berkeringat, tangan atau suara gemetar, pipi memerah, jantung berdebar-debar.
  • Memiliki kepercayaan diri yang rendah.
  • Sulit mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara.
  • Kurang terbuka dalam percakapan
  • Postur tubuh kaku.
  • Merasa dipermalukan atau diawasi oleh orang lain.
  • Takut terhadap evaluasi negatif dari orang lain.

Apa saja Penyebab Social Anxiety Disorder?

Menurut Durand (2006), kecemasan sosial dipengaruhi oleh 3 faktor sebagai berikut.

  • Faktor Genetik dan Biologis; Seseorang dapat memiliki kecemasan sosial karena mereka mewarisi keturunan biologis yang membuat mereka lebih mudah untuk mengalami kecemasan dari orang lain pada umumnya. 
  • Faktor Internal; Pengalaman traumatik, kurangnya percaya diri, stres, atau frustasi yang dialami individu berkemungkinan untuk membuat seeorang untuk mengalami gangguan kecemasan sosial.
  • Faktor Eksternal atau Lingkungan; Seseorang memiliki gangguan kecemasan sosial dapat disebabkan oleh kurangnya dukungan yang ia terima di lingkungan sekitranya.

Terapi/Pengobatan Social Anxiety Disorder

Ketika seseorang merasakan gejala dari gangguan kecemasan sosial dan memutuskan untuk berkonsultasi pada tenaga profesional seperti Psikolog, maka mereka akan dilakukan asesmen dan mendapatkan terapi yang sesuai dengan kebutuhan orang tersebut. Beberapa terapi yang diberikan oleh tenaga profesional, diantaranya adalah sebagai berikut.

  • Psikoterapi; Pada gangguan kecemasan sosial, salah satu jenis psikoterapi yang efektif adalah terapi kognitif-perilaku yang merupakan gabungan antara terapi kognitif dan perilaku. Pada terapi kognitif, akan diarahkan untuk mengenali pikiran negatif yang tidak realistis dan dan mengubahnya menjadi pikiran yang rasional. Sedangkan pada terapi perilaku akan diberikan paparan hingga mampu mengendalikan perilaku yang tidak diinginkan. 
  • Farmakoterapi; Biasanya farmakoterapi digunakan ketika tidak ada perubahan saat menggunakan psikoterapi. Farmakoterapi merupakan terapi gangguan kecemasan sosial jangka pendek berupa obat-obatan. Namun pemberian obat-obatan ini harus sesuai dengan dosis yang ditentukan dan mengawasi efek samping yang terjadi. 
  • Terapi Kombinasi; Terapi kombinasi menggabungkan antara psikoterapi dan farmakoterapi. Menggabungkan psikoterapi dan obat-obatan lebih baik dibandingkan hanya menggunakan obat-obatan sebagai penanganan. 

Kapan Peran Tenaga Profesional Dibutuhkan?

Banyak orang yang merasakan gejala dari gangguan kecemasan sosial tidak mencari bantuan dari tenaga profesional. Mereka takut akan evaluasi dan stigma negatif dari sosial. Apabila kecemasan yang dialami sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan memberikan dampak negatif terhadap performa kita, maka bantuan dari tenaga profesional bisa menjadi salah satu jawabannya. Para tenaga profesional dapat memberikan perawatan yang tepat mengenai gangguan kecemasan sosial yang dialami.

Referensi

  • Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian (R. Septian, Ed.; Revisi). Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. https://play.google.com/books/reader?id=ZuB0DwAAQBAJ&pg=GBS.PR2&hl=id
  • American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition. Amerika Serikat: American Psychiatric Association.
  • Anderson, K. N., Jeon, A. B., Blenner, J. A., Wiener, R. L., & Hope, D. A. (2015). How people evaluate others with social anxiety disorder: A comparison to depression and general mental illness stigma. American Journal of Orthopsychiatry, 85(2), 131–138.
  • Hasibuan, E. P., Srisayekti, W., & Moeliono, M. F. (2016). Gambaran Kecemasan Sosial Berdasarkan Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) Pada Remaja Akhir di Bandung. Publikasi Berkala Penelitan Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
  • Jefferies, P., & Ungar, M. (2020). Social Anxiety in Young People: A Prevalence Study in Seven Countries. PLoS ONE, 1-18.
  • Supramaniam, P. (2013). Social Phobia. E-Jurnal Medika Udayana Volume 2, No. 11, 1843-1861.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun