Ketika acara hampir selesai, akhirnya bapak mengeluarkan kado pamungkasnya. Sebuah buku bertuliskan "Sajak Ladang Jagung Karya Taufiq Ismail" di halaman sampulnya.Â
Aku mulai membacanya di malam hari, berminggu-minggu aku menikmati, menghayati, dan memahami rangkaian kata yang disajikan dalam bentuk puisi karya Taufiq Ismail di buku tersebut. Sejak saat itu, aku memutuskan ingin mendalami dunia sastra, dan jalan ninjaku adalah ambil jurusan Sastra Indonesia. Ku utarakan keinginanku itu kepada keluargaku, dan mereka memberi keleluasaan kepadaku untuk kuliah di jurusan apapun yang penting aku sanggup menjalaninya.
***
Wajah tua itu terlihat tegar, lebih mirip ekspresi menahan tangis saat melepasku pergi. Sebagai seorang putri yang sangat dekat dengan bapaknya, aku tahu betul ada genangan kristal berbentuk air di pelupuk mata bapak, namun tak kuasa ia tumpahkan. Kepergianku meninggalkan kampung halamanku adalah duka cita bagi bapakku, namun mimpi-mimpiku yang harus aku raih adalah penopang semangatnya hari demi hari.
Aku telah dinyatakan lulus di jurusan Sastra Indonesia di salah satu kampus terbaik negeri ini pada bulan lalu, dan akan memulai perkuliahan minggu depan. Di rantauan, apa-apa aku harus mandiri, banyak yang berubah dari kehidupanku sebelumnya tapi ku nikmati itu semua dengan senang hati. Aku ikut kuliah sesuai jadwal, hari demi hari disibukkan dengan kegiatan kampus.
***
"Banyak puisi-puisi Taufiq Ismail yang dilatarbelakangi oleh peristiwa pada masa-masa perjuangan ketika terjadi penjajahan di negeri ini. Karyanya dapat dikatakan sebagai warisan intelektual untuk mengenang sejarah. Ketajaman imajinasinya menggambarkan kembali kejadian-kejadian tersebut adalah salah satu proses kreatif yang seakan memberi nyawa pada setiap kalimatnya, sehingga pembaca seolah-olah ikut terhanyut dalam setiap rangkaian kata yang disajikan. Perpaduan antara imajinasi dan realita kehidupan menjadi simbol dalam memaknai setiap karya Taufiq Ismail."
Pak Sabil melanjutkan materinya. Kami menyimaknya dengan antuasias karena Pak Sabil menyajikan materinya dengan sangat menarik dilengkapi dengan audio dan video. Sesekali teman-teman bertanya, dan ditanggapinya dengan runut dan jelas.
"Salah satu puisi fenomenal karya Taufiq Ismail adalah yang berjudul"Penghianatan" puisi ini memiliki unsur yang menarik perhatian sehingga banyak sastrawan pemula tertarik untuk menganalisis puisi tersebut. Jika dikaji dari setiap baitnya, latar belakang puisi ini diambil dari alur peristiwa besar yang terjadi pra kemerdekaan, yaitu perjuangan melawan penjajahan. Namun terjadi penghianatan diantara kelompok para pejuang. Dalam puisi ini begitu terlihat jiwa patriotisme penyair dalam menggambarkan permasalahan yang terjadi." Sambung Pak Sabil.
Aku pun tidak mau kalah dan ingin mengajukan pertanyaan yang dari tadi terpendam dalam kepalaku, jadi aku berinisiatif untuk mengangkat tangan.
"Pak, ketika momentum 100 tahun kemerdekaan Indonesia nanti, yaitu pada tahun 2045, jumlah usia produktif penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 180 juta jiwa. Tentu banyak profesi-profesi baru yang akan lahir, apakah karya-karya sastra dapat lebih berkembang mengikuti kemajuan zaman atau punah ditelan waktu?"