Mohon tunggu...
Nur Rahmawati
Nur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Long Learning

Penikmat Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Fatamorgana Kehidupan dalam Republik Twitter

29 Juli 2023   16:54 Diperbarui: 30 Juli 2023   22:28 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah yang membuat Sukmo seketika insecure untuk menghampiri Hanum. Apalagi saat itu Hanum didekati oleh seorang cowok yang tampilannya lebih stylish dari pada dirinya. Dengan demikian Sukmo menjadi subyek yang tersingkirkan akibat persepsinya sendiri. Hanum bagaikan fatamorgana untuknya.

Seperti yang dijelaskan oleh Rhenald Kasali dalam bukunya The Great Shifting (2018), berkomunikasi secara online sering kali dianggap memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan tatap muka. Hal itulah yang dilupakan oleh Sukmo, Ia tidak memperhitungkan resiko apa yang akan dihadapinya ketika bertemu Hanum di dunia nyata. Sedangkan Hanum dengan kekecewaan yang mendalam, bertanya-tanya dan risau kenapa Sukmo tidak menepati janjinya. 

Kondisi tersebut sebenarnya juga sudah diingatkan oleh teman kantor Hanum melalui percakapan "jangan berharap banyak, karena biasanya yang menyenangkan di dunia maya itu pasti mengecewakan di dunia nyata." Dengan kata lain, dunia maya berpotensi mengandung unsur tipuan belaka.

Di dunia maya kita tahu bahwa orang-orang mungkin melakukan dan mengatakan hal yang berbeda dengan di dunia nyata. (Bruce King. dalam, Rhenald, Kasali.2018.The Great Shifting: Gramedia Pustaka Utama)

Pertemuan Sukmo dan Hanum kemudian terealisasi kembali. Namun, lagi-lagi Sukmo mengecewakan. Hanum menyangka ia akan mendapati Sukmo apa adanya seperti personanya di twitter, akan tetapi Sukmo tampil dengan gaya manipulasi, yang dengan cepat membuat Hanum risih akan keberadaannya. 

Terjadi pergolakan jiwa yang kontradiktif pada adegang tersebut, dimana Sukmo berharap dengan tampilannya yang rapi dan stylish akan membuat Hanum memaafkannya bahkan luluh padanya. Sedangkan Hanum lebih suka Sukmo yang 'slengean' seperti aslinya. Sukmo dan Hanum pun sama-sama kecewa karena pertemuan yang direncanakan tidak sesuai dengan harapan.

Selain itu, terjadinya politik eksistensi untuk menggiring opini publik manambah deretan tipu daya dunia maya dalam film Republik Twitter. Hal ini tergambar ketika Sukmo menjalani profesi sebagai buzzer di sebuah warnet milik Belo. Bisnis tersebut menggiring Belo untuk memiliki angan-angan setinggi langit, yaitu mengubah nasib lewat twitter. 

Belo berambisi untuk mengubah dunia melalui permainan dunia maya. Dengan bantuan beberapa karyawannya yang bertindak sebagai buzzer, pundi-pundi rupiah Belo mengalir dari jual beli isu untuk mendongkrak popularitas para public figure yang haus eksistensi.

Tapi akhirnya rahasia tersebut terbongkar ketika Hanum menerbitkan artikel terkait orang bayaran di balik itu semua tanpa memalsukan nama-nama pelakunya. Sukmo menjadi dalang kerusuhan terbongkarnya informasi tersebut. Namun, Sukmo dan Hanum cukup bertanggungjawab untuk menangani masalah tersebut, sehingga cerita berakhir dengan happy ending. Hanum yang awalnya hanya angan-angan bagi Sukmo kini benaran terwujud dalam dunia nyata.

Secara umum, akting para tokoh dalam film ini cukup menghibur. Apalagi dilengkapi dengan perpaduan budaya yang khas seperti Sukmo yang kental dengan gaya Jogja dan Belo yang identik dengan logat Bataknya, sedangkan Hanum, Andre, Nadia dan lain-lain mempertahankan gaya Jakarta, dimana kondisi ini menggambarkan pandangan realitas yang merata seperti di dunia maya.[*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun