Selain itu, ada hambatan serius lainnya untuk pembangunan iklim ini. Rusia sering diyakini tidak dapat menerapkan kebijakan iklim domestik yang agresif karena kendala keuangan, yaitu kurangnya dana untuk inisiatif pengurangan emisi dan efisiensi energi.
Seorang wakil tingkat tinggi dari Kementerian Pembangunan Ekonomi menyatakan pada konferensi kelompok bersama China-Rusia  di tahun 2016, tentang perubahan iklim bahwa inisiatif utama dalam regulasi karbon di Rusia harus difokuskan pada efisiensi energi yang membutuhkan investasi tahunan minimal €6 miliar.
Di Rusia, penghematan energi menjadi prioritas utama dari 2009 hingga 2011. Namun, masalah tersebut telah diabaikan karena sanksi internasional yang dijatuhkan karena situasi di Ukraina. Untuk tahun ketiga berturut-turut, insentif regional untuk inisiatif penghematan energi dan pengurangan emisi dihilangkan.
Masalah lainnya adalah kurangnya akses ke sumber pendanaan internasional; sekali lagi, sebagai akibat dari sanksi internasional, banyak donor internasional dan organisasi pembangunan telah berhenti mendukung proyek di Rusia yang bertujuan untuk mengurangi emisi.
Rusia terus mengadvokasi pakta iklim global baru di panggung internasional meskipun ada masalah internal dalam upaya untuk menunjukkan keterbukaannya terhadap langkah-langkah iklim.
Menurut beberapa analis, termasuk ahli ekonomi George Safonov, Rusia berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai pemain global utama sambil secara bersamaan membina hubungan "netral" dengan Barat dengan menunjukkan kesediaannya untuk memerangi perubahan iklim dan masalah lingkungan.
Dengan mengajukan gagasan untuk menciptakan platform untuk teknologi hijau, Rusia juga berusaha untuk memajukan kerja sama iklim dan lingkungan dengan Brasil, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Akankah upaya global ini cukup jika Rusia tidak bergabung dengan penghasil emisi utama lainnya dan meratifikasinya? Menurut para ahli, jika Rusia tidak menandatangani Paris Agreement, negara tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk berpartisipasi dalam pemungutan suara dan pengambilan keputusan dalam kelompok kerja iklim di masa depan.
Itu akan sangat disayangkan. Menjaga penghasil emisi terbesar kelima di dunia untuk diskusi iklim berikutnya sangat penting, terlepas dari betapa lambatnya proses ratifikasinya. Ini berarti menjaganya tetap duduk di meja.
Sebagai kesimpulan, Rusia sebenarnya telah menandatangani Paris Agreement pada tahun 2016, tetapi baru meratifikasi perjanjian ini pada tahun 2019 karena Rusia merasa harus mengevaluasi terlebih dahulu keuangan negara dan juga Rusia harus membuat strategi untuk menjalankan pengurangan emisi karbon ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H