Angka 2:1 yang tercantum menyiratkan bahwa keburukan mendominasi kebaikan dalam fase ini. Hal ini menandakan bahwa korupsi dan kejahatan lebih banyak terjadi dibandingkan perilaku baik, mencerminkan era Kalabendhu yang penuh dengan "Zaman Edan" atau kebalikannya tatanan normal. Â
Tragedi Ajisaka, yang diwakili dalam kisah Hanacaraka, menggambarkan bagaimana kesetiaan bisa berujung pada kehancuran. Dora dan Sembada, yang diperintahkan menjaga pusaka, berakhir tewas karena salah paham. Kisah ini melambangkan bagaimana kepercayaan yang disalahartikan atau dikorbankan demi kepentingan pribadi, yang relevan dengan tema ketidakstabilan sosial dan moral pada era Kalatidha dan Kalabendhu. Tragedi ini menjadi pelajaran tentang pentingnya kehati-hatian dalam menjaga nilai-nilai luhur agar tidak terjadi kehancuran moral dan sosial.
Kepemimpinan dan Evaluasi Diri menurut konsep Tri Wikrama yang diperkenalkan oleh Ranggawarsita, salah satu filsuf besar dari Jawa. Konsep ini merujuk pada tiga elemen penting dalam perjalanan kehidupan manusia: Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan, yang terhubung dengan hukum sebab-akibat atau Karma. Esai ini akan mengulas setiap aspek berdasarkan gambar yang ditampilkan dan relevansi pemikirannya terhadap kepemimpinan serta filosofi waktu.Â
Tiga lingkaran yang merepresentasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan menggambarkan sebuah kesinambungan historis. Tindakan di masa lalu membentuk kondisi di masa sekarang, dan keputusan yang diambil saat ini akan membentuk masa depan. Konsep karma yang dihubungkan dengan sebab akibat ini menyiratkan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik itu positif maupun negatif.
Penggunaan nama Triwikrama Ranggawarsita, seorang pujangga Jawa yang terkenal, memberikan dimensi budaya pada model ini. Karya-karya Ranggawarsita sarat akan nilai-nilai kepemimpinan yang luhur, seperti kejujuran, integritas, dan kebijaksanaan. Dengan demikian, model ini tidak hanya sekadar diagram, tetapi juga membawa pesan moral yang mendalam.
Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan
Dalam pandangan Ranggawarsita, kehidupan manusia selalu terkait dengan tiga dimensi waktu ini. Masa Lalu menggambarkan segala tindakan, pengalaman, dan pembelajaran yang telah terjadi. Dalam konteks kepemimpinan, masa lalu memberi pelajaran berharga yang harus diambil sebagai dasar untuk perbaikan diri. Setiap pemimpin yang bijaksana tidak boleh melupakan akar sejarahnya, sebab masa lalu membentuk dasar untuk memahami tantangan masa kini.
Masa Kini adalah waktu di mana segala keputusan penting diambil. Tindakan yang dilakukan saat ini merupakan hasil dari pembelajaran dari masa lalu dan akan membentuk apa yang terjadi di masa depan. Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan, keberanian, dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah yang ada. Kekuatan diperlukan untuk memimpin dengan tegas, keberanian dibutuhkan untuk mengambil keputusan sulit, dan kebijaksanaan diperlukan untuk melihat jauh ke depan, memperhitungkan akibat dari setiap tindakan.
Masa Depan adalah hasil dari tindakan masa kini. Ranggawarsita mengajarkan bahwa masa depan ditentukan oleh hukum sebab-akibat (Karma). Dalam konsep ini, setiap tindakan yang dilakukan di masa lalu dan masa kini akan memiliki dampak yang dirasakan di masa depan. Prinsip ini selaras dengan tanggung jawab moral dan etika, di mana pemimpin harus menyadari bahwa apa yang ia lakukan sekarang akan menentukan hasil di masa mendatang.Â