Mohon tunggu...
Okta Tutut
Okta Tutut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Kejahatan-kejahatan Ekonomi

10 Oktober 2017   21:59 Diperbarui: 10 Oktober 2017   22:41 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kesempatan kali ini saya akan membuat artikel singkat mengenai RIBA, sebelum kita masuk lebih jauh lagi kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu RIBA?. Riba adalah menambahkan atau melebihkan jumlah yang harus dikembalikan peminjam dari pokok pinjaman. Dasar hukum riba adalah sebagaimana fiman Allah SWT : "Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kau maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)". (QS. Ar-Rum : 39).

Riba dibagi menjadi dua, yaitu :

Riba Tambahan dalam Jual Beli (Riba Fadl)

Islam melarang riba (bunga) atas jual beli atau perniagaan, pengertian riba tambahan dalam jual beli (riba fadl) adalah jual beli satu jenis dari barang-barang ribawi dengan barang sejenisnya dengan nilai (harga) lebih, misalnya : jual beli satu kwintal beras diganti dengan satu seperempat kwintal beras sejenisnya, atau jual beli satu ons perak diganti satu dirham.

Riba dalam Utang Piutang (Riba Nasi'ah)

Riba Jahiliah, riba ini yang diharamkan Allah dalam firman Allah "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda." (QS. Ali mran [3]: 130).

Riba nasiah berasal dari kara fiil madhi nasa'a yang berarti menunda, atau merujuk pada tambahan waktu yang diberikan pada pinjaman dengan memberikan tambahan atau nilai lebih, riba nasiah identik dengan bunga dan pinjaman.

Salah satu ajaram islam yang penting untuk menegakkan keadilan dan menghapuskan eksploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang semua bentuk peningkatan kekayaan secara tidak adil. Salah satu sumber tentang peningkatan kekayaan secara tidak adil dan tidak diperbolehkan adalah menerima keuntungan dalam sebuah transaksi bisnis tanpa memberikan imbalan yang setimpal. 

Dan riba mewakili dalam sistem nilai islam yang dilarang tersebut. Al-Qur'an melarang dengan tegas kaum muslimin mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar. Firman Allah swt. Dalam Al-Qu'ran sebagai berikut: "Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang bathil, dan janganlah kamu menyuap denga harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." Q.S. Al-Baqarah Ayat 188.

Unsur pertama yang dilarang islam adalah bunga (riba). Islam menganggap riba sebagai suatu kejahatan ekonomi yang menimbulkan penderitaan masyarakat baik secara ekonomis, sosial maupun moral. Oleh karena itu, kitab suci Al-Qur'an maupun Hadist melarang kaum muslim untuk memberi ataupun menerima riba. Rasulullah saw. Bersabda: "Dari Jabir dia berkata, "Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, pembayar (pemberi) riba, juru tulis riba dan saksi-saksi riba." Dia berkata, "Mereka semua sama" (HR Muslim).

Alasan mendasar mengapa riba sangat dilarang oleh agama islam ialah karena islam hendak menegakkan suatu sistem ekonomi dimana semua bentuk ketidakadilan ekonomi dihapuskan. Selain itu karena ada alasan-alasan tertentu, yaitu:

Merampas Kekayaan Orang Lain

Transaksi yang melibatkan bunga merampas harta orang lain tanpa timbang maupun imbalan. Ini disebabkan karena orang yang menjual "satu rupiah" sebagai tukaran "dua rupiah". Jenis transaksi semacam ini dianggap tidak adil dan sewenang-wenang.

Merusak Nilai-Nilai Moral

Kalau bunga itu dilarang, maka orang akan menahan diri dari meminjam, tetapi jika dihalalkan kebutuhan manusia akan menjadikan mereka menjamin "satu rupiah" ditukar menjadi "dua rupiah". Akibatnya rasa simpati yang semula menjadi sifatnya, kemudian kebaikan budi manusia dan rasa bersyukur menjadi musnah.

Melahirkan Benih Kebencian dan Permusuhan

Orang-orang miskin, menyadari bahwa kreditor telah memakan hartanyan melalui bunga, kemudian mereka akan mendendam kepada para kreditor itu. Dengan demikian bunga membantu menyebarkan kebencian dan permusuhan di masyarakat.

Yang Kaya Semakin Kaya, Yang Miskin Semakin Miskin

Di dalam masyarakat yang tidak menerapka sistem bunga, terdapat kemungkinan besar penghutang dari kalangan orang miskin menjadi semakin kaya dan pemberi hutang akan menjadi semakin miskin. Tetapi dalam kenyataannya, suatu masyarakat sekarang, Yang Kaya Semakin Kaya dengan menumpuk harta orang yang miskin dengan cara melalui penghutang bunga, yang kemudian hal tersebut menyebabkan orang Yang Miskin Semakin Miskin.

Pemberi Hutang Adalah Memalukan

jikalau pemberi hutang tampak tidak kekurangan, tetapi kedudukannya dalam masyarakat sangat jatuh. Ia kehilangan kehormatannya didalam masyarakat dan dianggap sebagai musuh masyarakat serta sebagai parasit. Secara ringkas ia dianggap mempunyai reputasi yang buruk dan memalukan oleh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun