Mohon tunggu...
Nurohmat
Nurohmat Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pecinta Literasi dan Pendaki Hikmah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program Sekolah

30 Mei 2021   12:36 Diperbarui: 30 Mei 2021   12:37 4891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Modul 3.3: Pengelolaan Program Sekolah

Oleh : Nurohmat

Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Harapan besar tersebut sepatutnya menjadi muara besar pelaksanaan pendidikan di setiap skala pendidikan baik makro, meso, maupun mikro demikian pula untuk seluruh  jenjang satuan pendidikan. Visi tersebut hanya bisa diraih melalui kerja besar serta ikhtiar bersama dimana setiap  satuan pendidikan merupakan ujung tombak untuk menggapai mimpi tersebut. Melalui ikhtiar bersama di seluruh satuan pendidikan dalam pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid diharapkan harapan besar tersebut  dapat terwujud.

Modul 3.3. dalam pendidikan guru penggerak ini mengupas tentang pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Ada dua  hal menarik yang dijelaskan dalam modul ini, diantaranya adalah tentang MELR : Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (monitoring, evaluasi, pembelajaran, dan pelaporan) dan manajemen resiko. Kedua materi tersebut dapat dijadikan sebagai tools untuk mengelola suatu pogram sekolah yang berdampak pada murid.  

Monitoring dan evaluasi merupakan suatu aktivitas yang sangat penting untuk memastikan program berjalan sesuai dengan indikator-indikator dari tujuan yang sudah ditetapkan. Monitoring merupakan kegiatan pengumpulan dan analisis data dan informasi tentang kemajuan suatu program. Monitoring dilakukan selama tahap pelaksanaan program. Diperlukan suatu indikator-indikator pemantauan sebagai kerangka monitoring  tentang bagaimana seharusnya program tersebut dilaksanakan sehubungan dengan pencapaian tujuan dan sasaran program  yang semestinya sesuai dengan rencana program yang sudah disusun sedemikian rupa.

Monitoring  umumnya membahas pertanyaan tentang progress suatu  kegiatan dan ouput tertentu yang telah diperoleh. Hasil monitoring juga dapat digunakan sebagai rekomendasi bagaimana seharusnya program dilaksanakan dan dapat pula berupa rekomendasi tentang beberapa penyesuaian yang mungkin diperlukan untuk menjaga pelaksanaan program agar  tetap pada jalurnya. Dalam tahap perencanaan program kita perlu mengembangkan rencana monitoring yang efektif yang terkait dengan kegiatan, output, dan tujuan program. .

Evaluasi adalah penilaian program yang menyeluruh, sistematis dan berkala. Ini umumnya dilakukan setelah program selesai dilaksanakan (meskipun dalam beberapa kasus ada evaluasi jangka menengah) untuk menentukan efektivitas suatu program secara keseluruhan. Evaluasi berbeda dengan pemantauan karena berfokus pada pertanyaan yang lebih menyeluruh (misalnya, Apakah program yang dilaksanakan  sesuai untuk memenuhi tujuan yang diharapkan? Apakah program telah meningkatkan kemampuan literasi murid ?).

Pembelajaran mengacu pada langkah-langkah yang akan diambil oleh tim manajemen proyek untuk memastikan bahwa pelajaran dari program yang dilaksanakan, baik dan buruk, digunakan untuk mengubah prosedur operasi standar, proses pengambilan keputusan, dan perilaku individu, komunitas, dan organisasi / lembaga untuk lebih baik. Pembelajaran adalah komponen yang sangat penting dari tahap perencanaan  yang sering diabaikan dalam tahap desain progam.Pembelajaran agar pengelola program lainnya dapat belajar tentang keberhasilan (dan kegagalan) dan inovasi yang dilakukan oleh si pembuat program. Mereka kemudian dapat memasukkan pelajaran tersebut ke dalam program mereka sendiri. Namun, agar ini terjadi, harus ada mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan informasi tentang keberhasilan (dan kegagalan) suatu program.

Pelaporan program  mengacu pada tanggung jawab pengelola program untuk memberikan pembaharuan formal secara berkala kepada pihak yang berwenang. Pelaporan dapat dianggap sebagai alat akuntabilitas; ini membantu pihak yang berwenang untuk mengetahui bahwa pengelola program menghasilkan progres menuju tujuan program yang sudah ditetapkan.

MELR yang efektif adalah komponen kunci untuk menghasilkan perubahan yang langgeng dan juga untuk mengembangkan perencanaan program yang berhasil. Hal ini sangat membantu untuk membuat keputusan yang lebih baik sebelum, selama, dan setelah implementasi program. Tentunya, agar tujuan yang diharapkan benar-benar sangat mungkin untuk dicapai  bukan sebuah utopia atau mimpi di siang bolong belaka.

Selain materi tentang MELR, dalam modul ini juga dibahas tentang manajemen resiko. Dalam melaksanakan suatu program, resiko pasti ada dan tidak dapat dihindari untuk itu perlu ada pengelolaan resiko. Pengelolan resiko betujuan agar program sekolah yang dilaksanakan minim akan kerugian dan hambatan. Meminimalisir resiko bertujuan agar tujuan program yang sudah ditetapkan dapat tercapai karena keberadaan resiko dapat berdampak terhadap pencapaian tujuan dari suatu program. Terdapat beberapa tipe resiko di lembaga sekolah, di antaranya adalah : (1) resiko strategis, resiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan; (2) resiko keuangan, resiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset; (3) resiko operasional, resiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen; (4) resiko pemenuhan, resiko yang berdampak pada kemampuan proses dan procedural internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku; (5) resiko reputasi, resiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.

Materi dalam modul 3.3 ini tentu terkait erat dengan materi yang disampaikan pada modul-modul sebelumnya. Ibarat sebuah aliran sungai modul 3.3 ini merupakan hilir atau muara akhir dimana modul 1 merupakan hulu sungai dan modul 2 adalah bagian tengah sungainya.  Dibagian hulu, gagasan filosofis dari Ki Hajar Dewantara  tentang gambaran ideal  bagaimana pendidikan dan pembelajaran itu dipraktikkan menjadi paradigma yang mesti ditanamkan untuk membawa transformasi pendidikan ke arah lebih baik.

Pada modul 1 juga dibahas tentang  nilai dan peran guru penggerak, visi misi guru penggerak, dan budaya positif. Dalam modul 1,  calon guru penggerak diarahkan agar mampu memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan refleksi-kritis atas korelasi nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini; mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif;  mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan; mengartikulasikan nilai-nilai bersama dari guru penggerak dalam membangun identitas nasional dan memberdayakan komunitasnya; memahami dan menunjukkan kesediaan untuk mempraktikkan peran-peran guru penggerak; menerapkan prinsip-prinsip pengembangan dalam menggerakkan komunitas; mengembangkan visi yang lebih jelas mengenai murid merdeka dan peran pemangku kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid; memetakan strategi untuk mengelola perubahan demi mendapatkan dukungan dari para pemangku kepentingan dan komunitas sekolah untuk merealisasikannya; menginisiasi kolaborasi dalam melakukan refleksi berkala dengan melibatkan warga sekolah sebagai dasar untuk melakukan dan mengembangkan budaya positif dalam lingkungan sekolah; memahami bagaimana langkah mewujudkan lingkungan budaya sekolah yang positif bagi aktivitas murid dan guru untuk senantiasa belajar dan mengembangkan karakter; menumbuhkembangkan kemampuan dalam memetakan dan mewujudkan budaya positif di sekolah.

Modul 2 mulai membahas hal-hal teknis terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, dan praktik coaching. Pada modul 2 ini, calon guru penggerak diarahkan untuk mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda; menjadi teladan dalam melakukan praktek-praktek reflektif dalam pembelajaran bagi komunitas pendidik di lingkungan sekitarnya; mengelola aspek sosial dan emosional dalam berperan sebagai guru; menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas; mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach; mampu menerapkan praktik coaching dalam komunitas sekolahnya.

Setelah menelaah materi dari modul 1 hingga modul 2 dapatlah ditarik suatu  benang merah kaitan antara konten materi mulai dari modul 1 hingga modul 3 yakni pembelajaran dan pendidikan yang diselenggerakan di sekolah  diupayakan agar berpusat, berpihak, dan berdampak pada murid dimana guru sebagai seorang pemimpin transformasi pendidikan di level mikro  mengupayakan untuk membangun ekosistem sekolah yang mendukung tumbuh kembang peserta didik baik afektif,  kognitif, dan psikomotorik. Disitulah peran yang dimiliki oleh guru penggerak, yakni berupaya untuk melakukan terobosan, inovasi, dan transformasi pembelajaran dan pendidikan melalui membangun ekosistem sekolah yang kondusif dengan memanfaatkan secara jeli sumber daya yang ada dan  dimiliki oleh sekolah.  

Pemetaan akan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan untuk memudahkan dalam melihat daya dukung sekolah ketika kita akan merancang suatu program sekolah yang berdampak pada murid. Perencanaan program sekolah yang mempertimbangkan daya dukung yang dimiliki memungkinkan program tersebut dapat terwujud. Bagaimanapun juga, perencanaan program yang terbaik adalah perencanan yang paling mungkin untuk dapat diwujudkan. Untuk itu, dalam hal ini pemetaan sumber daya dan daya dukung ekosistem  sekolah sangat relevan untuk memudahkan dalam merencanakan suatu program yang berdampak pada murid  yang berciri khas sekolah.

Sejatinya, seperti yang sudah penulis ilustrasikan sebelumnya bahwa  materi pada modul 3.3 ini sangat berkaitan erat dengan modul-modul lainnya yang sebelumnya sudah dipelajari. Menurut penulis, jika pendidikan guru penggerak ini ditamsilkan sedang berada pada suatu kendaraan  yang sedang berjalan,  tujuan perjalanan kita adalah memerdekan murid yakni murid yang berprofil Pancasilais (beriman & bertaqwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri),  rambu-rambu utamanya adalah gagasan filosofis Ki Hajar Dewantara, dan  penuntunnya adalah teori-teori praktis yang terdapat pada modul 1.2 hingga 3.3. Pada modul 3.3 ini kita ditekankan agar mampu mempraktikkan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Untuk membantu dalam mempraktikkan pengelolaan program sekolah,  sudah diberikan suatu tools secara khusus pada modul-modul sebelumnya,  khususnya modul 1.3 tentang inkuiri apresiatif melalui tahapan  BAGJA, serta modul 3.2 tentang pemimpin pengelolaan sumber daya.

Materi-materi yang diberikan pada pendidikan guru penggerak ini sangat membantu penulis sebagai calon guru penggerak  dalam program merdeka belajar yang akan berperan sebagai: teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan di sekolah; pelatih bagi guru lain untuk mengkreasi pembelajaran yang berpusat pada murid; guru yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, guru yang senantiasa aktif mengembangkan diri, pengajar kreatif, dan motivato dan fasilitator bagi peningkatan prestasi akademik murid. Mempelajari dan mengikuti rangkaian kegiatan dalam program pendidikan guru penggerak merupakan bekal berharga bagi penulis untuk melakukan aksi nyata perubahan, tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk ekosistem pendidikan di sekolah. Teringat slogan yang menyemangati penulis dan rekan-rekan lain yang tergabung dalam program ini, " Guru Penggerak, Merdeka Belajar !  Merdeka Belajar, Indonesia Maju ! "  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun