oleh Nur Nazhifah, Mahasiswi Pendidikan Sosiologi, FIS UNJ.
Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan sebuah bangsa. Melalui sekolah, praktik pendidikan formal diadakan berdasarkan Kurikulum Merdeka Belajar yang telah ditetapkan Pemerintah. Dalam kurikulum tersebut, terdapat program sekolah penggerak dan guru penggerak yang dicanangkan dapat membawa perubahan dan kontribusi positif dalam struktur sosial masyarakat. Sekolah penggerak menyiapkan guru yang sesuai dengan empat kompetensi guru dalam mengembangkan tugas dan fungsi profesinya. Kompetensi tersebut meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional.
Pasca pandemi Covid-19 yang melanda negeri, pendidikan di era tatanan hidup baru sudah seharusnya bergerak ke arah pembaharuan. Pedagogi kritis bisa menjadi alat untuk membangun kesadaran dan mendorong perubahan sosial secara luas baik bagi guru maupun siswa. Dengan pemahaman pedagogi kritis, guru akan berupaya untuk terlibat dalam aktivisme publik, sehingga tidak hanya sekadar mengajar satu arah di dalam kelas.
Melalui narasi ini, penulis mencoba menganalisis fungsi guru penggerak sebagai alat untuk mereformasi pedagogi kritis di sekolah pasca diberlakukannya pembiasaan new normal akibat pandemi Covid-19. Selanjutnya, penulis mencoba menjawab pertanyaan seputar bagaimana guru penggerak menjadi alat transformasi terhadap pendidikan konservatif yang memfasilitasi dominasi kekuasaan di sekolah. Dengan menggunakan pendekatan pedagogi kritis dalam gagasan Henry Giroux, diharapkan ada gambaran yang komprehensif untuk mengkaji persoalan pendidikan di masyarakat saat ini.
Pedagogi Kritis dalam Transformasi Sekolah Â
Pedagogi kritis menurut Giroux, melihat sekolah sebagai tepat perjuangan dan pemicu perubahan sosial. Ia bergerak di antara dua titik, yakni kritik (critique) terhadap keadaan masyarakat, sekaligus harapan (hope) untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Kritik adalah bagian penting dari pedagogi kritis. Dalam arti ini, kritik adalah sebuah penyelidikan menyeluruh terhadap sebuah fenomena sosial, termasuk budaya, institusi, ideologi dan pola hubungan sosial yang ada. Secara sederhana dapat dikatatakan, pedagogi kritis hendak melakukan kritik terhadap segala bentuk penindasan yang terjadi di dalam masyarakat, baik dalam bentuk penindasan ekonomi, politik, pendidikan maupun budaya. (Hidayat, 2011)
Pedagogi kritis dalam Transformasi sekolah dapat dilakukan melalui cultural studies. Kajian budaya ini menekankan pada pendidikan demokratis dalam praktik sekolah yang harus membebaskan siswa dari pasifitas dan ketertundukan terhadap kekuasaan. Melalui studi hidden curriculum, ranah pendidikan berperan untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya, mengatur cara berperilaku, hingga menentukan cara berpikir hingga memecahkan masalah. Hidden curriculum bukanlah sesuatu yang given, tetapi dapat dikembangkan oleh pendidik untuk membangkitkan kesadaran kritis siswa. (Sari, Dian Rinanta, & Achmad Siswanto, 2021)
Guru Penggerak sebagai Konstruksi Kemapanan Guru
Giroux menawarkan gagasan pedagogi kritis untuk mengontruksi kemapanan guru. Sebagai aktor utama dalam pendidikan, guru harus ditempatkan pada kondisi yang ajeg. Guru merupakan tenaga pendidik yang harus memiliki kesadaran kritis untuk dapat melakukan transformasi pendidikan. Melalui transformasi pendidikan yang menyediakan ruang dialog dan komunikasi, guru dapat mengembangkan hidden curriculum sebagai alat kritisi pendidikan opresif pada sekolah. Organisasi guru seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), dan Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) merupakan wadah dan medan perjuangan intelektual bagi guru untuk terlibat dalam aktivisme pendidikan di ruang publik.
Melalui Kurikulum Merdeka Belajar, Kemendikbud telah merumuskan tugas guru penggerak sebagai berikut:
- Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya
- Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah
- Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah
- Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antar guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dkk (2021) tentang modul guru penggerak menunjukkan bahwa program guru penggerak mengubah pola transformasi pendidikan dari pola yang terspusat menuju ke arah desentralisasi dengan guru penggerak sebagai agen dan sekolah sebagai pemimpin proses trasnformasi. Guru penggerak berperan membawa visi transformasional dan menyebakan visi tersebut ke seluruh pemangku kepentingan. Proses perubahan yang digerakkan oleh guru penggerak dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif untuk menggali potensi dan kekuatan perubahan dari dalam sekolah melalui proses dialog sehingga dapat meminimalisir terjadinya resistensi yang kontraproduktif.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Patilima (2021) mengenai sekolah penggerak, disebutkan bahwa Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Guru dapat menggunakan hidden curriculum sebagai alat transmisi perjuangan intelektual melawan dominasi kekuasaan yang ada di sekolah. Sebagai contoh, dalam pembelajaran Sosiologi di SMA, metode pembelajaran hadap masalah (problem posing) dapat dipraktikkan. Guru dan siswa secara kolaboratif melihat fenomena sosial yang ada di komunitas masyarakat dan berusaha memberikan solusi konstruktif sebagai pemecahan masalah. Guru yang sudah mapan sepatutnya memiliki kompetensi untuk membangkitkan daya pikir kritis siswa. Dengan demikian, reformasi sekolah yang membebaskan dan memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dapat terwujud.
Penutup
Pendidikan orang dewasa (adult education) melalui guru penggerak merupakan agen perubahan yang dapat menyadarkan generasi muda akan pendidikan opresif yang ada di sekolah. Dalam program guru penggerak, guru tidak hanya mengajar satu arah di dalam kelas, tetapi juga berkontribusi dalam penyadaran kritis kepada masyarakat melalui multiple literasi. Melalui pedagogi kritis, guru penggerak dapat mengembangkan upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada kesadaran kritis peserta didik dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah. Dengan demikian, peranan organisasi guru sebagai wadah para guru bertukar pikiran dalam perjuangan intelektual dan aktivisme publik perlu disebarluaskan.
Daftar Pustaka
- Buku
Giroux,  H.  (2011).  On  Critical  Pedagogy.  London:  The  Continuum  International Publishing Group
Hidayat, Rakhmat. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sari, Dian Rinanta, & Achmad Siswanto. (2021). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Lab Pendidikan Sosiologi UNJ.
- Jurnal
Patilima, Sarlin. (2021). Sekolah Penggerak Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar: ISBN 978-623-98648-2-8
Wahyu, Satriawan., et.al (2021). Guru Penggerak Dan Transformasi Sekolah Dalam Kerangka Inkuiri Apresiatif. Jurnal Kependidikan Islam: Al-Idarah, Volume 11 Nomor 1.
- Artikel
Kemdikbud.go.id (https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H