Mohon tunggu...
Nur Nazhifah
Nur Nazhifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - part of society

Ruang opini mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi Bimbel: Menjawab Tantangan Pendidikan 4.0 di Era New Normal

26 Desember 2021   22:57 Diperbarui: 26 Desember 2021   23:03 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh Nur Nazhifah 

Pendidikan Sosiologi, Universias Negeri Jakarta

Pendahuluan

Dalam satu dekade terakhir, dunia pendidikan dihebohkan dengan proses percepatan teknologi informasi dan digitalisasi. Masyarakat mungkin mulai akrab dengan nama-nama bimbingan belajar berbasis platform digital seperti Ruang Guru, Quipper, Zenius, dan Pahamify. Platform tersebut hadir untuk menjawab tantangan pendidikan di era 4.0. Dengan merogoh dana sekitar Rp.50.000 hingga jutaan rupiah, bimbel daring sebagai sebuah inovasi baru dari keterbatasan jasa yang dimiliki oleh bimbel konvensional, menawarkan berbagai paket belajar mulai dari video interaktif hingga latihan soal dan diskusi dengan tutor ahli.

Namun, dibalik suburnya bisnis bimbel dengan berbagai inovasinya, terbersit opini mengenai rendahnya kualitas pembelajaran pada pendidikan formal hingga kebobrokan pada sistem pendidikan Indonesia. Fakta bahwa masih banyak orang tua yang rela membayar mahal untuk mencerdaskan putra-putrinya melalui bimbel menambah kuat opini tersebut. Sekolah formal dianggap kurang mampu memberikan proses pembelajaran yang maksimal pada siswa. Hal ini diperkuat dengan hadirnya pandemi. Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, kebijakan pembelajaran jarak jauh pada sekolah formal pun diberlakukan. Banyak dari tenaga pendidik yang gelagapan dengan perubahan 180 derajat ini. Tidak tersedianya kurikulum cadangan membuat guru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merancang kembali mekanisme pembelajaran. Ketidaksiapan tersebut akhirnya turut membuat peserta didik kebingungan dalam belajar.

Dalam narasi ini, penulis mencoba menganalisis kedudukan bimbingan belajar sebagai pendidikan nonformal dalam ranah institusi pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan struktural fungsional, diharapkan ada gambaran yang komperehensif untuk menengahi persoalan pendidikan saat ini. Selanjutnya, melalui berbagai sumber bacaan dan hasil penelitian dari jurnal nasional, penulis mencoba menjawab pertanyaan seputar bagaimana inovasi bimbel menjadi solusi tantangan pendidikan di era tatanan hidup baru dengan segala percepatan IPTEK dan digitalisasi.

Bimbingan Belajar sebagai Bagian dari Organ Institusi Pendidikan

Masyarakat merupakan sebuah organisme biologis yang terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan. Durkheim memandang ketergantungan tersebut sebagai konsekuensi agar organisme dapat bertahan hidup. Maknanya, masyarakat adalah sebuah kesatuan yang di dalamnya terdapat bagian-bagian yang dibedakan (Hidayat, 2014: 87). Perspektif struktural fungsional menekankan bagaimana masyarakat dipengaruhi dan mempengaruhi bagian-bagian lain. Dengan mengibaratkan instusi pendidikan sebagai sebuah organisme biologis yang utuh, maka bimbingan belajar sebagai sebuah pendidikan nonformal merupakan bagian dari sebuah organisme tersebut.

Bimbel merupakan suatu organ yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan institusi pendidikan jika dikaji dalam pendekatan struktural fungsional. Pendidikan formal, pendidikan informal, maupun pendidikan nonformal merupakan unsur dalam institusi pendidikan. Ketiganya memiliki fungsinya masing-masing dan saling menyatu dalam equilibrium. Institusi pendidikan secara keseluruhan adalah sebuah organisme yang bekerja atas mekanisme sistem. Dalam narasi ini, bimbel sebagai pendidikan non-formal dianggap sebagai organ lain yang membantu pendidikan formal untuk menggerakkan institusi pendidikan secara utuh.

Dalam proses pembelajaran, materi yang didapatkan melalui sekolah formal harus kembali dipelajari oleh para siswa di rumah sebelum ujian dilaksanakan. Namun, cara belajar dan daya tangkap siswa tentunya beragam. Ada yang mampu belajar dan mengulang materi sendiri, ada yang membutuhkan tutor, ada yang perlu membaca, ada yang perlu menonton atau mendengarkan materi, dan ada juga yang perlu latihan soal. Bimbel adalah jalan keluar bagi siswa dengan cara belajar yang perlu dibimbing atau disajikan materi. Maka nantinya para siswa yang memiliki beragam kemampuan daya tangkap dapat sama-sama mengikuti ujian di sekolah formal dengan baik. Artinya, platform bimbingan belajar dapat menciptakan keseimbangan, social order, serta hubungan yang harmoni bagi keberlangsungan institusi pendidikan secara keseluruhan.

Inovasi Bimbel Menjawab Tantangan Belajar 4.0 Di Era Tatanan Hidup Baru

Namun melihat kemungkinan lain mengenai bobroknya sistem pendidikan Indonesia dalam pandangan struktural fungsional, bukan tidak mungkin ada unsur dalam pendidikan formal yang tidak berjalan semestinya. Institusi pendidikan yang dibangun atas unsur kebijakan kurikulum nampaknya masih memiliki kekurangan. Sebut saja, kebijakan rombongan belajar dalam satu kelas yang terlalu banyak. Ini akan berdampak pada fokus dan konsentrasi siswa dalam proses belajar di kelas. Tidak hanya itu, fokus guru pun akan terpecah sehingga kurang maksimal dalam mengelola proses pembelajaran. Hal tersebut merupakan satu dari sekian banyak unsur dalam institusi pendidikan yang kurang berfungsi dengan baik. Sehingga menghasilkan ketidakteraturan dalam sistem pendidikan Indonesia khususnya dalam bidang sekolah formal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurnajmi dengan judul "Pengaruh Rasio Jumlah Siswa dalam Kelas Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI di SMK Farmasi Samarinda" pada tahun 2019, ditegaskan bahwa jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas akan berdampak negatif pada proses pembentukan iklim belajar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif antara rasio jumlah siswa di kelas terhadap efektivitas pembelajaran salah satu mata pelajaran (Wahyuningsih et al., 2020).

Fakta tersebut tentu saja berbeda dengan keadaan belajar di Bimbel yang lebih kondusif. Pada bimbel konvensional, jumlah siswa dalam satu kelas paling banyak diperkirakan adalah 15 orang. Adapun pada bimbel berbasis online, fleksibilitas dalam mengakses materi dan latihan soal adalah nilai lebih untuk membangun iklim belajar yang baik. Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Mekar H. Kinanti dkk di tahun 2020, belajar fisika secara online melalui video pembelajaran memungkinkan siswa untuk mengulang-ulang materi video pembelajaran sampai siswa benar-benar paham. Dengan mengikuti bimbel online, maka hasil akhir yang pastinya ingin didapatkan yaitu siswa tidak lagi kesulitan dalam memahami pelajaran fisika yang dipelajari di sekolah, serta meningkatnya semangat, minat, dan bakat siswa dalam pemecahan masalah terkait fisika (Khinanti et al., 2020)

Didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh Rensi R. Banna dkk. pada tahun 2021. Penelitian kuantitatif dengan judul Pengaruh Bimbingan Belajar Secara Online atas Prestasi Belajar Matematika Siswa di Kelas XII SMK Kristen Tagari di Kota Rantepao menunjukkan pengaruh bimbingan belajar online atas prestasi belajar matematika siswa di kelas XII SMK Kristen Tagari di kota Rantepao. Besarnya pengaruh bimbingan dalam belajar secara online terhadap prestasi hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 12,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain (Banna et al., 2021).

Akhir Kata

Bimbingan belajar merupakan bagian dari pendidikan formal yang turut menyanggah pilar institusi pendidikan. Inovasi yang dihasilkan oleh para pengembang platform bimbingan belajar, baik secara konvensional maupun online menjadi pilihan para peserta didik dalam membantu mereka memahami capaian pembelajaran di sekolah formal.

Mekanisme pembelajaran yang dari awal disajikan oleh bimbel online membuatnya bertahan di kala pandemi Covid-19 melanda. Cara ini kemudian menjadi pilihan jalan lain bagi siswa dalam belajar. Namun, biayanya yang cukup menguras dana membuat tidak semua siswa dapat mengaksesnya. Maka dari itu, ada baiknya jika pemerintah belajar membuat pengembangan kurikulum inklusif dari konsep pengemasan bimbel online. Cara belajar di sekolah saat pandemi bisa dibuat semenarik mungkin agar lebih efektif, dapat diakses kapan dan dimana saja supaya menghasilkan proses belajar yang fleksibel dan tentunya tanpa memungut biaya dari para orang tua murid. Dengan begitu, institusi pendidikan dapat berdiri utuh di era tatanan hidup baru yang menuntut percepatak informasi dan teknologi serta digitalisasi.

Daftar Pustaka

Buku

Haryanto, Sindung. (2012). Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hidayat, Rakhmat. (2014). Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim. Jakarta: Rajawali Pers.

Sari, Dian Rinanta, & Achmad Siswanto. (2021). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Lab Pendidikan Sosiologi UNJ.

Jurnal

Banna, R. B., Limbong, M., & Sunaryo, T. (2021). Pengaruh Bimbingan Belajar Secara Online atas Prestasi Belajar Matematika Siswa di Kelas XII SMK Kristen Tagari di Kota Rantepao. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1380--1388.

Khinanti, M. H., Fisiga, K., & Bhakti, Y. B. (2020). Peran Bimbel Online Pada Pembelajaran Fisika Bagi Siswa Masa Kini. Jambura Physics Journal, 2(2), 74--80. https://doi.org/10.34312/jpj.v2i2.7078

Wahyuningsih, N., Nurbayani, E., & Saugi, W. (2019). Pengaruh Rasio Jumlah Siswa dalam Kelas Terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI di SMK Farmasi Samarinda. In Tarbiyah Wa Ta'lim: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran (Vol. 6, Issue 1, pp. 47--61). https://doi.org/10.21093/twt.v6i1.1941

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun