Menurut saya, proses percakapan coaching ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak harus dalam konteks Pendidikan saja. Ketika kita bercakap-cakap dengan orang lain, gunakan metode presence/hadir penuh, dengarkan informasi yang mereka berikan serta utarakan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, pasti mereka akan menyukainya dan merasa senang telah bercakap-cakap dengan kita.
- Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (Baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan menerapkan percakapan Coaching adalah coachee kuatir dilabeli/dijudgement oleh coach-nya. Perasaan seperti itu akan membunuh rasa percaya coachee pada coachnya sehingga coach tidak mempu menggali potensi coacheenya. Selain itu, terdapat budaya bahwa kita tidak boleh mengumbar kelemahan diri/aib pada orang lain. Jadi, kalau ada masalah diselesaikan oleh keluarga sendiri tanpa bantuan coach agar tidak disebarluaskan.
- Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita dapat melakukan pendekatan personal dan sosialisasi secara terbuka kepada rekan-keran kerja (minimal) agar mereka memahami proses coaching itu seperti apa, bagaimana caranya, dan keuntungan apa yang diperoleh dari proses ini.
Membuat Keterhubungan
- Pengalaman masa lalu
Sebelumnya, saya pernah disupervisi oleh Kepala Sekolah dan rekan kerja senior. Dimana tidak ada percakapan coaching yang terjadi dan tidak ada pula umpan balik yang disampaikan, sehingga saya tidak tahu kelebihan dan kekurangan saya di mana pada saat mengajar di kelas. Kegiatan supervisi lebih bertujuan sebagai kegiatan administratif yang harus dilaksanakan.
- Penerapan di masa mendatang
Ke depan, saya akan sering melakukan percakapan coaching dengan rekan guru, murid, ataupun keluarga,  jika dibutuhkan Saya juga akan memperkaya ilmu coaching dengan berlatih melakukan percakapan coaching semaksimal mungkin.
- Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Konsep coaching ini berkaitan erat dengan pembejaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan Coaching, guru dapat menentukan potensi murid sehingga dapat menentukan pembelajaran berdiferensisasi yang sesuai. Selain itu, dalam melaksanakan coaching diperlukan penerapan pembelajaran sosial-emosional, berupa mindfulness agar kegiatan coaching berjalan sempurna.
- Â Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Saya pertama kali mendengar istilah coaching dari guru senior di sekolah kami. Tapi saya sama sekali tidak memahami maksudnya. Dalam mencari infotmasi terkait coaching, saya membacanya dari artikel-artikel di Google dan menonton video di YouTube.
Demikian elaborasi/koneksi antar materi Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik dalam bentuk kesimpulan dan refleksi yang saya pahami. Semoga bermanfaat, salam sehat dan Bahagia, Ibu Bapak Guru Hebat! Guru Bergerak, Indonesia Maju!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H