Mohon tunggu...
Nurniah Hidayati Safartin
Nurniah Hidayati Safartin Mohon Tunggu... Guru - Guru Prakarya dan Kewirausahaan SMP Negeri 1 Tanggulangin

Saya suka membaca buku, terutama buku-buku di bidang pendidikan dan materi pengajaran untuk mendukung profesi saya sebagai guru mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Selain itu, saya suka menonton film bergenre sains-fiksi, drama kehidupan sehari-hari (real-life) dan thriller

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.3.a.8 Koneksi Antarmateri - Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik

5 Desember 2023   08:54 Diperbarui: 5 Desember 2023   09:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pribadi: Ilustrasi Percakapan Coaching

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Sebagai pemimpin pembelajar, kita harus menguasai keterampilan coaching untuk melakukan supervisi akademik yang bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk mengembangkan kompetensi diri dalam setiap pendidik. Coaching untuk supervisi akademik ini lebih bersifat memberdayakan potensi supervesee, bukan hanya sekedar evaluasi saja. Dalam supervisi ini, terdapat proses pemberian umpan balik oleh supervisor, berupa pertanyaan reflektif atau menggunakan data yang valid dan akan lebih efektif bila disampaikan secara langsung setelah proses supervisi selesai. Diharapkan setelah supervisi selesai, supervesee dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan mereka, mengidentifikasi hambatan yang menghalangi mereka untuk mencapai tujuan, merumuskan rencana tindakan yang efektif, dan bertanggung jawab atas hasil yang dicapai sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja dan kontribusi mereka dalam lembaga pendidikan.

Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

  • Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh.

Pengalaman belajar materi Coaching untuk Supervisi Akademik sangat luar biasa,  banyak dan berat sehingga harus fokus penuh (hadir seutuhnya/mindfulness) dalam mempelajarinya agar tidak salah dalam memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks pendidikan. Selain itu, saya juga belajar tentang paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan TIRTA serta supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

  • Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Terus terang, saya sangat emosional belajar modul 2.3 ini. Saya merasa kewalahan dalam memahami konsep modul ini, rasanya sedih dan cemas karena tugasnya juga cukup sulit dan menyita banyak waktu. Selain itu, ada perasaan excited (bersemangat) juga, karena ini adalah hal baru sehingga saya cukup bangga dan merasa senang dapat melaksanakan praktik coaching dan belajar Bersama dengan rekan-rekan CGP yang lain

  • Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Saat ini, saya sudah baik dalam memahami konsep modul 2.3 ini, dimana saya mampu mempraktikkan proses coaching dengan teman CGP lain, dimana kami  belajar bersama menerapkan prinsip-prinsip dan kompetensi inti dalam proses coaching menggunakan Alur TIRTA dalam Tugas Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual.

  • Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar.

Mencari kata kunci untuk membuat pertanyaan berbobot adalah kompetensi yang perlu saya perbaiki. Saya belum cukup mahir mendengarkan aktif dengan tehnik RASA, sehingga terkadang muncul asosiasi dan asumsi dalam pikiran saya, yang berakibat saya jadi kurang fokus dalam proses coaching.

  • Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Kompetensi percakapan coaching ini erat kaitannya dengan kematangan pribadi coach. Semakin baik kematangan pribadi coach maka semakin baik pula proses coaching yang dipraktikkan. Hal ini karena orang yang memiliki kemangan pribadi, beliau akan lebih sabar, open minded, dan memiliki keingintahuan yang besar terhadap coachee. Setelah belajar proses coaching, saya merasa lebih percaya diri dan memiki keyakinan yang tinggi bahwa saya akan mampu memberdayakan coachee saya dengan baik.

Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP adalah:

  • CGP mampu memumculkan pertanyaan kritis yang berkaitan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh.

Pertanyaanya: "Apa yang harus dilakukan oleh coach, jika coachee-nya belum memiliki kepercayaan terhadap coach-nya?".

Solusi: Coach dapat tetap melakukan percakapan coaching dengan tema "apa yang membuar anda tidak mempercayai saya?". Setelah itu, biarkan proses coaching berjalan sesuai Alur TIRTA, sehingga coach dapat menemukan solusi atas permalahan ini. Atau coach dapat menyarankan coachee untuk melakukan coaching dengan coach yang lain.

  • Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun