Pendahuluan:
Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi yang mengubah pola kehidupan, integrasi antara Islam dan teknologi menjadi semakin relevan. Masyarakat modern dihadapkan pada tantangan moral terkait pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang panduan dan prinsip-prinsip Islam dalam penggunaan teknologi menjadi esensial. Dalam menghadapi era digital yang kompleks, penting untuk mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam memberikan arahan dalam menghadapi dilema etika yang muncul dari kemajuan teknologi.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau menghasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia.
AI dalam pandangan Islam
Teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia yang disebut dengan Artificial Intelligence dan disingkat menjadi AI. Fenomena Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan dalam pandangan Islam adalah topik yang menarik dan relevan di era modern ini. Islam memiliki prinsip-prinsip yang dapat dijadikan panduan dalam menyikapi perkembangan teknologi, termasuk AI.
Dalam perspektif Islam, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya dipandang positif. Al-Quran sering mendorong manusia untuk menggunakan akalnya dan mempelajari alam semesta. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali 'Imran ayat 190-191 : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." Ayat ini menekankan pentingnya menggunakan akal untuk memahami dan memanfaatkan ciptaan Allah.
AI, sebagai hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat dilihat sebagai manifestasi dari kemampuan manusia untuk berinovasi dan memanfaatkan potensi yang diberikan oleh Allah. Dalam konteks ini, pengembangan AI bisa dipandang sebagai bentuk pelaksanaan peran manusia sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab untuk memakmurkan dan mengelola bumi dengan bijaksana.
Namun, Islam juga mengajarkan bahwa setiap teknologi harus digunakan dengan cara yang etis dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan penggunaan AI menurut pandangan Islam antara lain:
1. Tauhid : AI tidak boleh dianggap sebagai "Tuhan" atau memiliki kekuatan yang menyamai Allah. Manusia harus tetap menyadari bahwa AI adalah ciptaan manusia yang terbatas.
2. Akhlak : Penggunaan AI harus sejalan dengan nilai-nilai moral Islam, seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang.
3. Maslahah (Kemaslahatan) : AI harus dikembangkan dan digunakan untuk kebaikan umat manusia, bukan untuk menimbulkan kerusakan atau kezaliman.
4. Amanah : Pengembang dan pengguna AI memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya dengan bijak dan tidak menyalahgunakannya.
5. Privasi : Penggunaan AI harus menghormati privasi individu, sesuai dengan ajaran Islam yang menghargai kehormatan manusia.
Islam juga mengajarkan untuk bersikap kritis dan tidak mudah terbuai oleh kemajuan teknologi. Meskipun AI memiliki banyak manfaat, umat Islam diingatkan untuk tidak terlalu bergantung padanya dan melupakan peran manusia serta ketergantungan kepada Allah SWT. Beberapa ulama kontemporer telah mulai membahas isu-isu etika terkait AI dari perspektif Islam. Mereka menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan, seperti empati dan kasih sayang, yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin.
Media Sosial dalam pandangan Islam
Bukan hanya dalam penggunaan AI saja yang harus sesuai dengan panduan Islam, tetapi dalam bermedia sosial juga kita sebagai umat muslim harus bijak dalam menggunakannya dan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Medsos sangat penting di era globalisasi. Kebebasan berbicara meningkat setelah era reformasi. Smartphone mengubah cara kita berkomunikasi. Namun, penggunaan medsos yang salah menyebabkan masalah. Misalnya, penyebaran berita palsu (hoax).
Di era globalisasi, media sangat penting. Al-Qur’an mengatur etika penggunaan medsos. Ini penting untuk menggunakan media dengan bijak. Medsos punya dampak negatif dan positif.
Beberapa manfaat Medsos untuk umat Islam adalah:
1. Sarana pembelajaran online dan diskusi
2. Tempat berbagi informasi penting dan bermanfaat
3. Wadah untuk menyalurkan hobi menulis
4. Alat untuk syiar amar ma’ruf nahi munkar yang menjamin dan mengatur kebebasan berekspresi
Etika Bermedia Sosial Menurut Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam, penggunaan medsos harus dilandasi dengan etika yang baik. Ada beberapa hal penting yang ditekankan dalam etika bermedia sosial menurut pandangan Islam:
a.) Menjadikan Media Sosial sebagai Sarana Menebar Kebaikan
b.) Berupaya agar informasi yang disebarkan di medsos berkhazanah Islam dan bermanfaat bagi sesama.
c.) Memanfaatkan medsos untuk menyebarkan kebaikan dan menginspirasi orang lain.
d.) Membagikan konten-konten positif yang dapat menambah pengetahuan dan kecerdasan bagi pengikut.
Dengan menerapkan etika bermedia sosial yang sesuai dengan ajaran Islam, kita dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak. Kita juga bisa menjadikannya sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan di tengah masyarakat.
Etika teknologi dalam Islam ada di Al-Quran, seperti Surah Al-Ahzab ayat 70.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
Ini soal berbicara dengan baik. Kita juga harus klarifikasi informasi sebelum menyebar, agar tidak ada kesalahpahaman. Dengan etika bermedia sosial yang benar, kita bisa manfaatkan teknologi. Ini untuk mengingatkan kita pada kebaikan, kuatkan ukhuwah Islamiyah, dan raih nilai-nilai Islam yang rahmat.
Kesimpulan:
Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat ini, Islam memandang fenomena AI dan Media sosial sebagai bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) yang dapat diterima dan bahkan didorong, selama pengembangan dan penggunaannya sejalan dengan prinsip-prinsip syariah dan nilai-nilai Islam. Umat Islam diharapkan dapat memanfaatkan teknologi AI dan media sosial untuk kemaslahatan umat, sambil tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai spiritual serta kemanusiaan. Kita sebagai umat Islam berada di posisi yang unik, dimana kita harus menggunakan teknologi AI dan Media sosial dengan bijak untuk menjunjung tinggi etika dan tidak menyebarkan fitnah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H