Ahmad seorang anak usia 7 tahun, pengalaman pertamanya menunaikan puasa sehari di bulan Ramadhan. Dia begitu bersemangat menjalani ibadah. Ketika sore hari dia berangkat ke Masjid untuk mengikuti kajian bersama teman-teman sebayanya.Â
Dia dan teman-temannya sangat antusias dan mendengarkan dengan seksama kajian tersebut. Kajian pada sore hari itu membahas tentang pahala di bulan Ramadhan.Â
Ustadz menjelaskan dalam sebuah hadist menerangkan bahwa tidur ketika berpuasa sudah dihitung sebagai pahala, dan diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, amal perbuatannya akan dibalas akan dibalas dengan berlipat ganda, serta doanya mustajab dan dosa-dosanya diampuni.Â
"Bagaimana bisa, tidur dianggap sebuah ibadah?" Ahmad yang terheran-heran dengan ucapan ustadz. Kajian itu selesai, Ahmad dan yang lain bergegas pulang karena waktu itu adzan Maghrib berkumandang.Â
Semua orang dengan senangnya membatalkan puasa mereka dan berbuka puasa bersama-sama, begitupun dengan Ahmad dan keluarganya.Â
Ditengah-tengah suasana berbuka puasa itu, Ahmad melontarkan pertanyaan tentang apa yang dia dengar ketika di Masjid tadi.Â
"Yah, tau ngga tadi ketika aku mengikuti kajian, Ustadz menjelaskan bahwa tidur di bulan puasa itu dihitung ibadah, memang benar yah?" tanya Ahmad kepada Ayahnya.Â
"Iya benar nak" Jawab singkat sang Ayah.Â
"Wah kalo begitu boleh dong tidur seharian" Ahmad berkata dalam hatinya sambil tertawa cengengesan.
Keesokan paginya, setelah sahur Ahmad langsung berlari ke kamarnya untuk tidur. Dia tidak melaksanakan sholat shubuh seperti biasanya.Â
Ibunya terheran karena biasanya setelah sahur dia tidak tidur tetapi langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.Â
Ahmad bangun tidur pada pukul 9 pagi dan pergi ke kamar mandi, Ibu yang sedang melihat Ahmad yang baru bangun tidur pun menghampiri Ahmad dan berbicara dengan nada yang tidak enak.Â
"Kenapa tidak sholat shubuh dulu, biasanya rajin langsung lari ke kamar mandi" tanya Ibunya dengan nada agak sedikit nyolot.Â
Ahmad tidak menghiraukan ucapan Ibunya dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi.Â
Setelah mandi pun, Ahmad kembali masuk ke kamarnya. Karena saat itu dia sudah merasa lemas karena lapar dan haus dia akhirnya memilih untuk melanjutkan tidurnya itu.Â
Dia tertidur pulas dari jam 10 sampai jam 4 sore. Dia tidak melaksanakan sholat sama sekali bahkan tidak mengikuti kajian seperti biasanya.Â
"Ahmad, ayo ke Masjid" panggil teman-temannya di depan rumah. Mendengar teriak dari teman-teman Ahmad ibunya pun pergi ke kamar Ahmad untuk melihat apakah anaknya itu sudah siap untuk pergi ke Masjid.Â
Betapa terkejutnya Ibu melihat Ahmad yang masih tertidur pulas diatas ranjangnya.Â
"Astaghfirullah Ahmad, bangun bangun ini sudah sore. Teman-temanmu sudah nungguin kamu di depan." Bentak Ibu pada Ahmad yang masih tertidur.Â
Ibu pun keluar menemui teman-teman Ahmad yang sudah menunggu lama dan menyuruh untuk meninggalkan Ahmad saja karena dia masih tertidur di kamar. Teman-temannya pun akhirnya meninggalkan Ahmad yang masih tidur.
Karena kesal anaknya tidak kunjung bangun, ibu pun mengambil seember air dan menyiram nya ke arah Ahmad yang masih tertidur pulas diatas ranjangnya. "Allahh, Ibu ini kenapa si. Orang lagi tidur kenapa malah disiram air Buu" Ahmad pun sontak terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang sudah basah kuyup karena disiram air oleh ibunya.Â
"Kamu ga lihat ini sudah sore, dari pagi tidur terus. ga sholat shubuh, sholat dhuhur, Sholat Ashar bahkan waktunya Kajian juga ga ikut. Gimana Ibu ga marah" jawab ibunya dengan nada yang sangat kesal.Â
"Ahmad Lemas Bu, lagian Ibu gatau ya kata ustadz tidurnya orang yang puasa itu dihitung Ibadah Bu, terus diamnya orang yang puasa itu tasbih. Jadi Ahmad ga salah dong kalo seharian tidur" bantahan Ahmad yang membuat Ibu makin marah.Â
"Sudah sekarang kamu mandi terus sholat Ashar, jangan tidur lagi" ucap ibu kemudian meninggalkan Ahmad yang masih didalam kamar.Â
Adzan Maghrib pun berkumandang, mereka semua membatalkan puasa dan makan bersama di meja makan. Setelah selesai makan, ibu pun menceritakan kepada Ayah tentang prilaku Ahmad hari ini.Â
"Ahmad, kemari sebentar Ayah mau ngomong sama kamu" panggil ayahnya yang sedang duduk bersama Ibu di ruang makan.Â
"Kenapa yah" tanya Ahmad. "Benar seharian ini kamu cuma tidur saja?" Ayah berbalik melontarkan pertanyaan kepada Ahmad.Â
"Benar yah, kan kemarin kata Ayah boleh tiduran waktu puasa" jawab Ahmad sambil mengerutkan keningnya.Â
Ayah dan ibunya seketika saling bertatapan sambil tersenyum tipis.Â
"Begini nak, memang benar dalam sebuah hadist, nabi Muhammad Saw bersabda bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu adalah ibadah. Akan tetapi bukan berarti kita meninggalkan seluruh ibadah wajib kita, meninggalkan pekerjaan atau kegiatan yang juga harus kita lakukan. Kita boleh tidur tiduran akan tetapi ketika harus melakukan ibadah yang lain seperti sholat kita juga tetap harus melaksanakannya. Jadi tidur nya ketika kita sedang tidak melakukan apa-apa itu baru boleh". jawab Ayah Ahmad dengan lemah lembut.Â
"Begitu ya yah" kata Ahmad sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalo begitu jangan sampai ditinggalkan lagi ya sholatnya" Ibu menambahkan pesan kepada Ahmad.Â
Perkataan Ayah membuat Ahmad paham bahwa orang yang berpuasa di penuhi dengan kenikmatan dan pahala yang berlipat ganda dalam setiap prilaku baik yang dikerjakan, bahkan tidur pun dihitung sebagai sebuah Ibadah.Â
Namun, perlu diketahui bahwa tidur yang dimaksud disini adalah tidur yang dilakukan setelah kita melakukan ibadah-ibadah seperti sholat, berdzikir, kemudian membaca Al-Qur'an. Tidur yang seperti itu dinilai ibadah apabila kita tidur dalam keadaan yang suci pula.Â
Hadits yang menyebutkan bahwa "tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah" memberikan pengertian mendalam tentang nilai puasa dalam Islam.Â
Hadits ini menekankan pentingnya niat dan keadaan seseorang yang berpuasa, bukan hanya aktivitas fisiknya. Dalam Islam, niat adalah elemen penting dari setiap ibadah.Â
Ketika seseorang berpuasa dengan niat ikhlas karena Allah, semua aktivitasnya, termasuk tidur, dianggap sebagai ibadah. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya aktivitas yang terlihat yang dihargai, tetapi juga niat hati yang tulus.
Dengan demikian, hadits ini memberikan perspektif luas tentang nilai ibadah puasa, di mana setiap aspek kehidupan orang yang berpuasa, termasuk tidurnya, diamnya pun dianggap sebagai bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas dan kondisi spiritual yang baik.Â
Ini menunjukkan betapa pentingnya niat dan ketulusan hati dalam setiap tindakan, terutama dalam menjalankan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H