Al-Razi merupakan seoang pakar sains Iran yang hidup pada tahun 864-930 Masehi. Beliau lahir di Iran pada tanggal 28 Agustus 865 Masehi dan beliau wafat pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia matematika dan kesastraan. Ar-Razi juga merupakan dokter, filsuf dan juga penyair yang memiliki lebih dari 200 karya di bidang filsafat kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Di dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, Ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena beliau memiliki banyak murid. Beliau di kenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Sejarah TokohÂ
Ar-Razi memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria bin Yahya Ar-Razi atau dikenal sebagai Rhazes di dunia barat. Ar-Razi merupakan seorang dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya. Ar-Razi merupakan sosok gemilang dalam dunia islam. Pemikiran beliau mengilhami banyak ulama dan juga ilmuwan di dunia. Pada saat muda Ar-Razi di kenal dengan beragam kisah yang enarik. M Syarif di dalam buku para Filosof Muslim menjelaskan bahwa Ar-Razi tercatat pernah menjadi tukang intan, penukar uang, hingga pemain kecapi di masa mudany. Pada masa muda itulah di kemudian hari, Ar-Razi meninggalkan music untuk mempelajari lebih dalam ilmu kimia.Â
Pada saat usia 40 tahun, Ar-Razi meninggalkan kimia karena matanya terserang penyakit akibat eksperimen yang di lakukannya yang menyebabkan mencari dokter dan obat-obatan. Itulah penyebab yang di tuturkan Al-Biruni, Baihaqi, dan lainnya, Ar-Razi mempelajari ilmu kedokteran dan oba-obatan. Beliau sangat rajin belajar dan bekerja di siang dan malam hari. Beliau berguru pada Ali bin Rabban At-Thabari yang merupakan seorang dokter dan filsuf. Sosok Ar-Razi memang istimewa, di samping menguasai beragam ilmu aeperti musik, kimia, dan kedokteran, serta filsafat.
Pada masa Khalifah Muktafi. Ar-Razi pergi ke Baghdad dan memimpin sebuah rumah sakit. Ar-Razi juga punya pengaruh besar terhadap pengobatan cacar. Saat menjabat sebagai Kepala Dokter di Baghdad, dia adalah orang pertama yang mendeskripsikan cacar dan membedakannya dari campak. Waktu-waktu yang di lalui oleh Ar-Razi selalu di gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jika beliau tidak bersama murid dan pasinnya beliu selalu menggunkan waktunya untuk menulis dan belajar. Inilah yang membuat penglihatannya berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kebutaan.Â
Di dunia medis, ar-Razi berguru kepada Ali bin Sahl Rabban al-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir dari keluarga Yahudi di Merv, Tabaristan, Iran. Namun, bin Rabban telah masuk Islam ketika pemerintahan Khalifah Abbasiyah Al-Mu'tasim menariknya ke dalam istana.
Kehebatan ilmu kedokteran Ar-Razi
Melansir NCBI, Ar-Razi belajar kedokteran dan mungkin juga filsafat dengan bin Rabban. Al Razi dengan cepat melampaui gurunya dan menjadi seorang tabib terkenal. Beliau diangkat sebagai direktur rumah sakit di kampung halamannya Al-Rayy pada masa pemerintahan Mansur bin Ishaq bin Ahmad bin Asad dari Dinasti Saman. Ketenaran Ar-Razi bahkan mencapai ibu kota Abbasiyah. Dia dipanggil oleh Khalifah Al Muktafi untuk menjadi direktur utama rumah sakit terbesar di Baghdad. Al Razi juga adalah orang yang dilibatkan dalam memilih lokasi rumah sakit baru.
Ar-Razi mendefinisikan kekuasaan sebagai "Kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu". Menurut beliau, jika Tuhan tidak melakukan sesuatu, maka ketiadaan akan tetap tiada. Adapun jika Tuhan melakukan sesuatu, ketiadaan maka menjadi ada. Alam semesta bergantung pada apa saja yang Tuhan lakukan.
Kara-Karya dan Temuannya
Ar-Razi menulis lebih dari 224 buku tentang berbagai mata pelajaran. Karyanya yang paling penting adalah ensiklopedia medis yang di kenal sebagai Al-Hawi fi Al-Tibb, yang di kenal di Eropa sebagai Liber Continens. Liber Continens diduga disusun oleh murid-muridnya setelah kematian Ar-Razi. Buku itu diterjemahkan pada 1279 ke bahasa Latin oleh Faraj bin Salim, seorang sarjana yang bekerja di Istana raja Sisilia. Buku itu dianggap sebagai buku medis paling penting di abad pertengahan.