PENGGUNAAN KATA SERAPAN DAERAH DAN ASING DALAM NOVEL "DI BAWAH BAYANG-BAYANG ODE' KARYA SUMIMAN UDU
Nurmin
e-mail: nurminmarzuki76@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi penggunaan  kata serapan daerah dan asing dalam  ragam  tulis,  khususnya  dalam novel, semakin bervariasi dewasa ini. Penulis memiliki kebebasan dalam berkata-kata dan  berekspresi. Artikel ini mengkaji tentang penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode" Karya Sumiman Udu.Â
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif analisis, Sumber data dalam penelitian ini adalah dari buku novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode" Karya Sumiman Udu diterbitkan oleh penerbit Seligi Pekanbaru, Tebal buku 240 halaman. Cetakan pertama Maret 2015.Â
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik membaca, mencatat, dan mengidentifikasi yaitu membaca serta mengamati lalu mencatat hasil penelitian tentang penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel  "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu tersebut. Setelah itu mengidentifikasi dengan mengelompokkan kata serapa daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa asing (bahasa Inggris dan Arab) dengan menggunakan teknik analisis isi novel, mengidentifikasi, menganalisis, dan memaknai kata serapan bahasa daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa asing (bahasa Inggris dan Arab).Â
Penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu ditemukan kata serapan daerah Buton (Wakatobi) sebanyak 45 kata serapan daerah Buton (Wakatobi) yang berupa istilah daerah, nama makanan khas daerah, dan adat dan tradisi masyarakat Buton (Wakatobi). Sedangkan serapan bahasa asing (bahasa Inggris sebanyak 3 kata dan Arab sebanyak 2 kata) yang berupa istilah atau kata umum yang biasa diucapkan masyarakat pada umunya.
Kata Kunci: Kata Serapan Daerah, Serapan Asing, Novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode"
 Abstract
This research is motivated by the use of regional and foreign borrowed words in writing, especially in novels, which are increasingly varied nowadays. The author has freedom of speech and expression. This article examines the use of regional and foreign loanwords in the novel "Under the Shadow of Ode" by Sumiman Udu. This study used a descriptive analysis method approach. The source of the data in this study was from the novel "Under the Shadow of Ode" by Sumiman Udu published by publisher Seligi Pekanbaru, 240 pages thick. First printed in March 2015. Data collection techniques used reading, note-taking and identification techniques, namely reading and observing and then recording the results of research on the use of regional and foreign loanwords in the novel "Under the Shadows of Ode". The work of Sumiman Udu. After that identify by grouping the borrowings of Buton (Wakatobi) and foreign languages (English and Arabic) using novel content analysis techniques, identify, analyze, and interpret borrowed words from Buton (Wakatobi) and foreign languages (English and Arabic). ). The use of local and foreign borrowed words in the novel "Under the Shadow of Ode". Sumiman Udu's work found 45 Buton regional absorption words (Wakatobi) in the form of regional terms, regional special food names, and the customs and traditions of the Buton people (Wakatobi). While foreign language absorption (3 words in English and 2 words in Arabic) is in the form of general terms or words that are commonly spoken by the general public.
 Key Words: Regional Borrowed Words, Foreign Absorption, Novel "Under the Shadow of Ode"
PENDAHULUAN
Kosakata bahasa Indonesia sebagian besar menyerap dari bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Arab, Latin, Jerman, dan Belanda. Selain bahasa asing, bahasa daerah pun menyumbangkan banyak kosakata ke dalam bahasa Indonesia, seperti bahasa. Jawa, Sanskerta, Sunda, dan Melayu. Keberadaan bahasa daerah dan bahasa asing telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa , 2011).Â
Dalam undang-undang tersebut, pada bab III, pasal 25---45 diatur tentang kebahasaan. Yang dimaksud dengan bahasa daerah dalam undang-undang tersebut adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah pada wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan bahasa asing adalah bahasa selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Sementara itu, penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing tersebut secara jelas telah diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016).
Penggunaan kata serapan bahasa daerah dan asing dapat dijumpai dalam bentuk komunikasi lisan maupun tulis. Bahasa asing dalam komunikasi lisan terjadi ketika seseorang sedang berkomunikasi dengan orang lain, misalnya pada saat bercakap-cakap, pidato, orasi, dan sebagainya. Bahasa asing dalam komunikasi dalam bentuk tulis dapat dijumpai misalnya dalam bentuk surat kabar, cerpen, maupun novel.
Penggunaan  unsur serapan daerah dan asing dalam  ragam  tulis,  khususnya  dalam novel, semakin bervariasi dewasa ini. Penulis memiliki kebebasan dalam berkata-kata dan  berekspresi.  Dalam  karya  sastra,  otoritas  penuh  dimiliki  oleh  seorang  penulis cerita (pengarang).  Penulis  merdeka  menyampaikan pesan  dan ide  kreatifnya yang disampaikan  melalui  bahasa (Komariyah,  2016). Penuangan  ide  kreatif  penulis diharapkan  dapat  selaras  dengan  perkembangan  zaman  dan  kebutuhan  masyarakat, misalnya  penggunaan  unsur serapan daerah dan asing dalam  novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu.
Penggunaan kata serapan daerah dan asing bentuk tulis dalam novel, kini menjadi semakin beraneka ragam. Saat ini banyak ditemui novel yang dalam penulisannnya menggunakan percampuran bahasa. Demikian pula dalam hal penggunaan bahasa, ragam yang digunakan semakin bervariasi sesuai dengan gagasan kreatif penulisnya yang selaras dengan perkembangan jaman. Misalnya penggunaan serapan bahasa daerah dan asing yang bervariasi pada novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu. ditemukan pemakaian serapan bahasa daerah dan asing di antaranya ditemukan dalam serapan bahasa daerah, misalnya: kasoami (makanan khas Buton/Wakatobi), serapan bahasa asing, misalnya: diving (menyelam).
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan serapan daerah dan asing yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ruqoyyah (2012) dengan judul "Bentuk Pola Pemakaian Bahasa Asing pada Novel Negeri 3 Menara dan Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi". Hasil penelitian ini membahas tentang pola pemakaian bahasa asing dalam novel N5M dan R3W terdiri atas verba bahasa asing, mengubah verba akif menjadi pasif, dan menyatakan kepemilikan. Penelitian yang dilakukan oleh Angellya Tri Yuliana (2013) dengan judul "Analisis Pemakaian Kata Serapan dan Istilah Asing dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012. Hasil penelitian ini disimpulkan: (1) kata serapan dan istilah asing banyak ditemukan dalam artikel opini harian Kompas edisi Mei-Juni 2012; (2) analisis dilakukan terhadap 30 artikel dengan jumlah keseluruhan 114 bentuk kata serapan dan istilah asing yang terdiri atas 47 kata serapan yang meliputi 30 penyerapan penyesuaian, 8 penyerapan utuh, 4 penerjemahan, 3 penyerapan sekaligus penerjemahan, dan 2 mempertahankan sifat keuniversalan; sedangkan istilah asing ditemukan 67 istilah asing yang meliputi 39 istilah asing yang lebih pendek daripada terjemahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Jannah (2020). Hasil penelitian secara adopsi tersebut diketahui penyerapan unsur serapan secara adopsi didominasi oleh bahasa Arab sebanyak 32 kutipan. Proses penyerapan ini didasarkan pada bentuk yang tidak berubah dari aslinya. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dikaji saat ini adalah objek novel yang digunakan berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut penggunaan kata  serapan bahasa daerah dan asing yang difokuskan pada novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu.
KAJIAN TEORI
Kata serapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008) adalah 'hasil menyerap (mengisap melalui liang-liang renik); yang diserap'. Selanjutnya, yang dimaksud unsur serapan) adalah 'bunyi, fonem, unsur gramatikal, atau unsur leksikal yang diambil dari bahasa lain'. Lebih lanjut, Ruqoyyah (2012) menegaskan bahwa masuknya unsur bahasa akibat terjadinya kontak atau peniruan itulah yang merupakan unsur serapan. Â Jadi, Â kata serapan dapat dikatakan sebagai kata serapan jika memenuhi kaidah-kaidah bahasa, khususnya pada bahasa Indonesia.
Terdapat dua kelompok besar unsur peminjaman dalam bahasa Indonesia berdasarkan integrasinya menurut Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, (2016), yaitu unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia (misal force majeur, de facto, dsb.) yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing; dan unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Pada bentuk peminjaman yang kedua ini diusahakan agar ejaan diubah seperlunya saja agar bentuk asalnya tidak berubah jauh dengan bentuk Indonesianya (misal, description menjadi deskripsi, mu'jizat menjadi mukjizat, dsb.). Selain unsur-unsur yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah ejaannya, misalnya kabar, sirsak, iklan, perlu, dan hadir (Prabawati, 2013).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif analisis, suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2016). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari buku novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode" Karya Sumiman Udu diterbitkan oleh penerbit Seligi Pekanbaru, Tebal buku 240 halaman. Cetakan pertama Maret 2015.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik membaca, mencatat, dan mengidentifikasi yaitu membaca serta mengamati lalu mencatat hasil penelitian tentang penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel  "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu tersebut. Setelah itu mengidentifikasi dengan mengelompokkan kata serapa daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa asing (bahasa Inggris dan Arab).
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah dengan melihat berbagai sumber tertulis, yaitu dengan melihat isi kutipan novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu tersebut kemudian mencocokkan mana yang termasuk kata serapan daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa asing (bahasa Inggris dan Arab). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi. Hal ini sejalan dengan pendapat (Arikunto, 2016) yang menyatakan bahwa jika sumber data dalam penelitian berupa dokumen tidak tertulis, maka analisis berdasarkan analisisis struktural. Analisis yang digunakan mengikuti Langkah-langkah operasional sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi isi kutipan novel yang merupakan kata serapan daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa Asing (bahasa Inggris dan Arab). 2. Mengklasifikasikan kata serapan daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa Asing (bahasa Inggris dan Arab) Â 3. Menganalisis makna serapan serapan daerah Buton (Wakatobi) dan bahasa Asing (bahasa Inggris dan Arab) 4. Menguraikan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis.
Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan kata serapan bahasa daerah dari Buton (Wakatobi) dan bahasa asing  (bahasa Inggris, dan bahasa Arab) dalam  novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Penggunaan Kata  Serapan Daerah dan Asing dalam  Novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode".  Karya Sumiman Udu
No.
Bahasa Daerah Buton
(Wakatobi)
Bahasa Asing
 (Bahasa Inggris/
Bahasa Arab)
ArtiÂ
Bahasa Indonesia
 Kutipan Novel
1.
diving dan snorkeling
(bahasa Inggris)
Kegiatan berenang atau menyelam dengan menggunakan peralatan masker selam dan snorkel
Wilayah ini telah diakui dunia sebagai salah satu tempat diving dan snorkeling yang indah (hal.4)
2.
kasoami
Ubi kayu atau singkong parut yang dikeringkan lalu dihancurkan kemudian dikukus di daun kelapa anyaman seperti kerucut
...teringat juga pada kasoami
3.
kente
Kondisi di mana laut surut atau pasang surut
...anak-anak yang bermain di atas karang saat kente musim kemarau (hal 5)
4.
sawara
Mandi Bersama di depan masjid, dilakukan oleh masyarakat Wakatobi jika ada wabah yang menimpa sebuah kampung.
Teringat ia, pada saat mandi bersama-sama dalam upacara sawara persis di muka masjid
5.
enggo
Permainan masa kanak-kanak dengan main hadang
...Imam tanpa menoleh tetap memperhatikan anak-anak yang bermain hadang (enggo) (hal. 12)
6.
kabanti
Salah satu bentuk kesenian nyanyian rakyat di masyarakat Buton
...inilah yang kemudian membuat Ibu Imam kerap diminta untuk membaca beberapa naskah kabanti (hal. 12)
7.
bamba
Penghalang yang memisahkan antara luar dan dalam rumah yang dipasang di rumah panggung yang ada di Buton
...tubuh ibunya terhalang olah bamba (hal.13)
8.
hedidi
Tembakau yang digunakan untuk menggosok gigi orang yang makan sirih.
...Nak! Ibu serius..." sambal melepaskan hedidi dari mulutnya (hal. 14)
9.
pohamba-hamba
Merupakan bentuk gotong royong, kerja bersama, saling membantu dalam sebuah pekerjaan
Di pesta, di kedai, di pasar, di kebun saat orang pohamba-hamba(hal.18)
10.
bala
Musibah
 "...Kau tak takut terkena bala?" (hal. 19)
11.
jelajaÂ
Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu
...Lalu Imam menyandarkan bahunya ke dinding rumah yang terbuat dari jelajah(Hal. 20)
12.
maradika
Salah satu sebutan dalam strata masyarakat Buton pada zaman kesultanan dulu
....bukankah kau tahu bahwa kita hanyalah golongan maradika, sementara mereka
13.
kaomu
Golongan yang berhak dipilih menjadi sultan atau pegawai kerajaan
 adalah golongan kaomu atau walaka (hal.21)
14
walaka
Strata masyarakat Buton yang berhak mengangkat Sultan yang hampur sama dengan DPR sekarang
15.
bangule
Anak yang dipesan oleh Siolimbona
...Meskipun kakekmu  dulu, menganggap darah biru Buton itu tidak ada. yang ada hanyalah anak bangule (hal. 22)
16
mangania
Sebuah tradisi masyarakat Wangi-Wangi mengadakan pesta makan-makan di suatu tempat ayunan guna meminta secara bersama-sama apa yang dihajatkan.
...mungkin  saja ada mata air yang tersumbat, sehingga kita harus adakan upacara mangania...sepakatlah kami untuk mengadakan sawara dan mangania
kabuange ayunan.
17
kabuange
Tradisi ayunan yang dimulai dengan adanya musayawarah atau adanya hajat masyarakat untuk membuat ayunan
18
hora
Sebangsa daun pandan yang tumbuh di hutan ada yang berduri dan ada juga yang berduri
...Sebuah tempat tidur yang terbuat dari tikar anyaman dari daun hora (hal. 28)
19
konawuÂ
Daun aren yang dihaluskan kemudian dikeringkan
.... Sambil cerita ayah Imam menggulung rokoknya pada
20
kombalu
Tempat menggulung tembakau
 daun konau atau kombalu (hal. 29)
21
palara
Bagian dari proses pertunangan di dalam masyarakat Wakatobi
....Ayah, dating saja. 'Kan ada Namanya palara (hal. 32)
22
moli'i
Merupakan mata air yang biasanya ditemukan di pinggir tebing atau pasir di Wakatobi
....Teringat mereka saat mandi di moli'i
(hal. 39)
23
kapaturu
Sejenis ilmu yang dapat membuat orang menuruti perintah kita sehingga ia tidak bisa melawan
....Lia tak tahu, mungkin saja dalam tatapan itu terisi dengan kapaturu (hal.41)
24
batua
Strata di kesultanan Buton, golongan masyarakat yang paling rendah
.... Mereka itu berasal dari batua. Jadi jangan pernah kau memimpikan untuk kawin dengan orang itu. (hal.45)
25.
bante'a
Sejenis pos kamling
....banyak juga yang berkumpul di bante'a atau gode-
gode (hal.53)
26
gode-gode
Balai-balai yang terbuat dari kayu atau bambu yang biasa dibangun di depan rumah penduduk
27.
watuatu
Kepiting kenari
"Eh, kau masih ingat 'kan sewaktu kita pergi mencari watuatu? (hal. 54)
28
karoro
Perahu berukuran sekitar 20 sampai 50 ton. Bertiang satu atau dua. Biasa digunakan oleh pelaut Buton
...Tiga puluh tahun lebih ayah berlayar mengarungi lautan Nusantara dengan perahu karoro (hal. 61)
29
toha
Sejenis kayu besi dan kini menjadi saksi sejarah di Wanci,
....Ria dan Imam secara kebetulan bertemu di Toha (hal.63)
30
hebatua
Kegiatan kampung dimana semua masyarakat mengolah ubi kayu menjadi makanan dengan cara ditindis dengan batu panas yang dibakar
....karena sore itu ada acara kampung hebatua (Hal.64)
31
tutumbu
Merupakan tiang yang biasanya disimpan di sebelah kanan pintu atau anak tangga rumah panggung
....Imam berdiri di tanah  dan tangannya memegang tiang tutumbu (hal.65)
32
Jeans
(bahasa Inggris)
Salah satu nama merk pakaian
"Ini," gadis itu memperlihatkan baju jeans warna biru tua kepada Imam (hal. 65)
33
padhangkuku
merupakan padang ilalang yang membentang luas di antara Longa dan Po'akambua dan Sebagian besar wilayah Kota Wakatobi
....Imam harus melintasi gunung , melewat keindahan hamparan ladang tandus padhangkuku (hal. 65)
34.
kaopi
Makanan yang terbuat dari singkong yang diparut, diperas airnya dengan cara dibungkus kardus nilon lalu diikat dan ditindih dengan papan yang ujungnya batu
....Imam tetap harus pulang mengambil kaopi untuk bekalnya selama seminggu ...(hal. 66)
35.
luluta
Nasi bambu yang dibakar  di dalam bambu muda
....Imam pun memutuskan untuk bermalam. Ia menikmati luluta malam itu (hal.66)
36.
pete-pete
Istilah untuk motor rongsokan yang biasanya tidak memiliki surat-surat lagi
....Tapi Imam dan temannya  penuh percaya diri...yang penting sampai ke tujuan, walau motor pete-pete (hal.67)
37.
ekakede
dalam adat Buton ekaede merupakan tindakan terakhir  yang dilakukan oleh seorang laki-laki untuk mendapatkan perempuan yang dicintainya tetapi tidak punya uang atau kekuatan materi, ia harus naik di rumahnya perempuan dengan menyerahkan diri.
... Kalian bisa baku bawa lari atau potodenako, sebab kalua kau ekakede kau akan dihina (hal.75)
38.
potodenako
Bawa lari pasangan
39.
Rahman Rahim
(bahasa Arab)
Maha Pengasih dan Penyayang
....Mengapa kau lahirkan aku dari Rahim yang tidak memiliki sifat-Mu? Sifat kasih saying-Mu, Rahman Rahim-Mu (hal. 107)
40
amala
Suatu kegiatan berdoa yang sama dengan semedi, mempertajam ilmu tenaga dalam
....tatapan dari seorang bangsawan Buton yang telah banyak melakukan amala (hal. 114)
41
cucuru
Kue khas Buton yang merupakan bagian dari kelengkapan baca doa
....Siapkan pisang goreng dan cucuru (hal. 119)
42
haroa
Sejenis budaya Buton, dalam hal penyajian makanan, di mana makanan berbagai jenis tersebut disajikan di atas talang lalu ditutup dengan anyaman yang disebut dengan panamba
....Siapkan pisang goreng dan cucuru ....Mereka berbicara sambil menikmati pisang goreng, ubi goreng, minum kopi...kalua dulu yang disuguhkan haroa (hal. 119)
43
papa
Sebutan untuk ibu dari golongan bangsawan Buton
....Ibu, tidakkah pengorbanan itu, didasarkan atas cinta, Papa? (hal. 131)
44
galampa
Semacam pengadilan keluarga yang dilakukan di ruang tamu dengan duduk melingkar
....Telah beberapa generasi perempuan selalu kendur pertahananya dalam menghadapi galampa keluarga (hal. 139)
45
santuha
Keluarga besar
"....Semua santuha juga telah mendapatkan undangan" (hal. 140)
46
hopoboka
Pemberian atau kado
....Siapkan pisang goreng dan cucuru (hal. 144)
47
Kendari Beach
(bahasa Inggris)
Pantai Kendari
....Urainya pada Imam saat makan siang di rumah makan labakang  di dekat Kendari Beach (hal. 163)
48
tombi
Tiang bendera
....Padamulah tombi warna kuning itu diikat sebagai lambang kemerdekaan sebagai lambang kebebasan bangsamu. (hal. 180)
49
helo'a sira
Sayur kelapa muda
....keduanya selalu makan makanan tradisional Wakatobi helo'a sira  (hal. 214)
50
Laailaaahaaaillallaaah
Tiada Tuhan selain Allah
"Laailaaahaaaillallaaah..." ucap ayahnya di dekat telinga Imam sambal memegang jari telunjuknya  seraya membaca dua kalimat syahadat (hal. 119)
Berdasarkan tabel 1 di atas dijelaskan bahwa penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu ditemukan kata serapan daerah Buton (Wakatobi) sebanyak 45 kata serapan daerah Buton (Wakatobi) yaitu: kasoami, kente, sawara, enggo, kabanti, bamba, hedidi, pohamba-hamba, bala, jelaja, maradika, kaomu, walaka, bangule, mangania, kabuange, hora, konawu, kombalu, palara, moli'i, kapaturu, batua, bante'a, gode-gode, watuatu, karoro, toha, hebatua, tutumbu, padhangkuku, kaopi, luluta, pete-pete, ekakede, potodenako, amala, cucuru, haroa, papa, galampa, santuha, hopoboka, tombi, helo'a sira. Ditemukan pula kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu: diving dan snorkeling, Jeans, dan Kendari Beach. Dan bahasa Arab, yaitu: Rahman Rahim, Laailaaahaaaillallaaah.
Penggunaan serapan kata daerah Buton (Wakatobi) dalam novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu ditemukan beberapa kata  istilah  daerah dan nama jenis makanan khas daerah, adat dan tradisi masyarakat Buton (Wakatobi). Sedangkan penggunaan kata serapan asing (bahasa Inggris, dan Arab) istilah atau kata yang umum telah digunakan oleh masyarakat, seperti kata: driving, jeans, beach, Rahman Rahim, Laailaaahaaaillallaaah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel "Di Bawah Bayang-Bayang Ode". Karya Sumiman Udu ditemukan kata serapan daerah Buton (Wakatobi) sebanyak 45 kata serapan daerah Buton (Wakatobi) yang berupa istilah daerah, nama makanan khas daerah, dan adat dan tradisi masyarakat Buton (Wakatobi). Sedangkan serapan bahasa asing (bahasa Inggris sebanyak 3 kata dan Arab sebanyak 2 kata) yang berupa istilah atau kata umum yang biasa diucapkan masyarakat pada umumnya.
Â
SARAN
Harapan penulis tentang artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam hal penggunaan kata serapan daerah dan asing dalam novel. Sehingga pembaca dapat memahami penggunaan kata serapan tersebut dalam novel. Penelitian ini perlu tindaklanjut tentang perluasan materi tidak hanya membahas kata serapan namun dapat juga dikaji dari segi makna atau istilah yang terdapat dalam novel.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Komariyah,  S.  2016.  Interjeksi  Dalam  Novel  Donyane  Wong  Culika  Karya  Suparta Brata. Totobuang, 4(1), 55---64. Retrieved from http://totobuang.kemdikbud.go.id/latihan/index.php/totobuang/article/view/5/5.
Prabawati, N. 2013. Unsur Serapan dalam Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Universitas Lampung. Retrieved from http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/1459.
Pusat Bahasa, T. P. K. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Dendy Sugono, Ed.) (IV). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ruqoyyah, S. (2012). "Bentuk dan Pola Pemakaian Bahasa Asing pada Novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna: Karya Ahmad Fuadi." Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/19359/
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. (Sugiyono, Ed.) (Keempat). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H