Dada tegap, kau kepalkan tangan
Dengan suara lantang menggelegar, kala itu
Matamu berbinar, senyum merekah
Menyongsong setiap wajah dengan senyum termanismu
        Kini tuan pulas di kursi
        Layaknya Tuhan beri pasti
        Kami datang menagih janji
        Namun tuan terlanjur amnesia
Wahai tuan di kursi permata
Mengapa kau biarkan kami terbonsai
Mengapa zaman tega memperbudak kami
Dengan segala kebijakanmu
        Wahai tuan di kursi emas
        Kemana pelangi yang engkau janjikan
        Wahai tuan di kursi perak
        Mengapa madu yang kau tuang begitu pahit
        Wahai tuan di kursi perunggu
        Mengapa engkau begitu buta
        Wahai tuan di kursi sofa
        Mengapa engkau sering tuli
Wahai engkau di kursi peyot
Kami tahu, inginmu merubah dunia
Tahukah engkau???
Tatapan sayu dan mulut penuh madu
Mereka menelanjangi kita
Membiarkan kita ditelanjang demokrasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI