Mohon tunggu...
Nurmalinda Davinly
Nurmalinda Davinly Mohon Tunggu... Guru - mujahidah tangguh

Jadi apa adanya diri tanpa membuat ia merasa terbeban

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Ingatan (Cerbung 1)

21 November 2015   12:18 Diperbarui: 21 November 2015   12:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Duh, jadi?? harus aku kembaliin nih,, siapa yah lelaki tadi, sepertinya aku tak pernah melihat sebelumnya”. Dee merasa bersalah terhadap lelaki itu. Lelaki yang seyogyanya adalah lelaki yang telah ia kenal sebelumnya, ia adalah Doe. Doe adalah teman Dee sewaktu kuliah. Bukan hanya teman, tapi Doe adalah lelaki yang sangat ia kagumi keperawakannya, lembut hatinya, hangat ucapannya, kedekatan yang mereka jalin membuat Dee menaruh rasa yang lebih padanya. Ternyata Dee benar-benar melupakannya, seperti apa yang Doe minta waktu itu. Dalam sebuah postingan yang ia kirim lewat blog pribadinya bahwa ia meminta Dee untuk tak pernah mengenalnya, apatah lagi mengingatnya.

“Bila kamu membaca ini, aku ingin kamu tahu bahwa aku takkan pernah bisa tertebak. Kalau aku takkan pernah dideteksi. Kalau aku takkan pernah memalsukan diri. Maaf, bila waktu lalu serasa memberi harap. Maaf bila saat itu kau merasa aneh padaku. Kutegaskan, aku adalah orang yang paling sulit bersimpati. Aku adalah lelaki yang kehabisan emosi. Terlebih pada golonganmu itu. Bukankah kamu lebih layak menjauh dariku? Tolong buat kisahmu tanpa aku, lalu aku menepi seperti sediakala”.

Postingannya membuat Dee merasa marah, merasa bersalah dan membuatnya benar-benar ingin melupakan lelaki itu. Tetapi, Dee tidak benar-benar melupakannya, ia hanya berusaha untuk tak membuat hatinya kembali teriris. Yang tak jarang ingatannya kembali menulusuri jalan itu, jalan yang dulu mereka lalui sama-sama. Tertawa, sedih, marah, yang dulu mereka alami bersama. Kerinduan muncul seiring ingatan itu kembali. “Kau tahu, betapa hebatnya rindu-rindu ini menjadikan kamu sebagai penguasa, penguasa alam pikiranku”.

Waktu terus berjalan, tanpa menghiraukan segala hal yang telah terlintas. Tanpa sadar pula sudah seminggu terlewat dari hari saat ia bertemu dengan Doe yang baru saja ia sadari bahwa lelaki itu adalah teman yang sangat ia kenal, Doe. Dee berkeinginan untuk kembali ke toko itu dan berharap ia akan bertemu dengan Doe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun