Mohon tunggu...
Nurmalinda Davinly
Nurmalinda Davinly Mohon Tunggu... Guru - mujahidah tangguh

Jadi apa adanya diri tanpa membuat ia merasa terbeban

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Ingatan (Cerbung 1)

21 November 2015   12:18 Diperbarui: 21 November 2015   12:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

 

Sang surya perlahan mengintip diantara gelombang-gelombang awan sore itu. Ia membersemai cantiknya pelangi yang menghiasi cakrawala sendu mengiring kepergian hujan. Hingga surya akan digantikan dengan malam. Malam kian larut. Dee menyempatkan diri mampir ke sebuah toko buku di jalan  Karangan Bunga di samping sebuah Mini Market tak jauh dari rumahnya. Ia membeli sebuah buku dan minuman. Dee adalah seorang gadis berusia 22 tahun, yang bekerja disebuah kantor penerbitan buku.

Dee tepat berada di depan pintu toko itu, lalu masuk dan mengambil sebuah buku yang ia cari. Lalu saat ia yakin buku itulah yang dicari, Dee langsung membayarnya di kasir dan langsung saja keluar toko. 

“berhenti…..!!!”, Dee memberhentikan sebuah bus yang sedang melintas, saat ia ingin mengambil minuman dan buku yang ia beli di dalam tasnya, ia baru menyadari ternyata semuanya tertinggal di kasir.

“hmmm…. Pinggir!!, katanya sontak membuat supir bus mengijak rem dengan tiba-tiba.

Saat tiba di depan pintu toko, Dee bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang mambawa buku dan minuman yang sama persis dengan yang ia beli. Dee memandang lekat wajah lelaki itu, lelaki itu bingung. Dengan tiba-tiba Dee mengambil buku dan minuman yang ia pegang dan langsung pergi meninggalkannya.

“sssrrrkkk……, eh…!”

Saat Dee ingin mengambil dompet  untuk membayar ongkos bus, ia baru ingat kembali kalau dompetnya tertinggal di kasir. Dee pun kembali ke toko itu untuk mengambilnya.

“ish… dasar pelupa..!!”, Dee menyalahkan dirinya sendiri dengan kebiasaannya itu.

“ini mbak, (dompet, coca-cola, dan buku)… lain kali di ingat yah…??”, Petugas kasir mengingatkan Dee akan kebiasaannya itu.

“Duh, jadi?? harus aku kembaliin nih,, siapa yah lelaki tadi, sepertinya aku tak pernah melihat sebelumnya”. Dee merasa bersalah terhadap lelaki itu. Lelaki yang seyogyanya adalah lelaki yang telah ia kenal sebelumnya, ia adalah Doe. Doe adalah teman Dee sewaktu kuliah. Bukan hanya teman, tapi Doe adalah lelaki yang sangat ia kagumi keperawakannya, lembut hatinya, hangat ucapannya, kedekatan yang mereka jalin membuat Dee menaruh rasa yang lebih padanya. Ternyata Dee benar-benar melupakannya, seperti apa yang Doe minta waktu itu. Dalam sebuah postingan yang ia kirim lewat blog pribadinya bahwa ia meminta Dee untuk tak pernah mengenalnya, apatah lagi mengingatnya.

“Bila kamu membaca ini, aku ingin kamu tahu bahwa aku takkan pernah bisa tertebak. Kalau aku takkan pernah dideteksi. Kalau aku takkan pernah memalsukan diri. Maaf, bila waktu lalu serasa memberi harap. Maaf bila saat itu kau merasa aneh padaku. Kutegaskan, aku adalah orang yang paling sulit bersimpati. Aku adalah lelaki yang kehabisan emosi. Terlebih pada golonganmu itu. Bukankah kamu lebih layak menjauh dariku? Tolong buat kisahmu tanpa aku, lalu aku menepi seperti sediakala”.

Postingannya membuat Dee merasa marah, merasa bersalah dan membuatnya benar-benar ingin melupakan lelaki itu. Tetapi, Dee tidak benar-benar melupakannya, ia hanya berusaha untuk tak membuat hatinya kembali teriris. Yang tak jarang ingatannya kembali menulusuri jalan itu, jalan yang dulu mereka lalui sama-sama. Tertawa, sedih, marah, yang dulu mereka alami bersama. Kerinduan muncul seiring ingatan itu kembali. “Kau tahu, betapa hebatnya rindu-rindu ini menjadikan kamu sebagai penguasa, penguasa alam pikiranku”.

Waktu terus berjalan, tanpa menghiraukan segala hal yang telah terlintas. Tanpa sadar pula sudah seminggu terlewat dari hari saat ia bertemu dengan Doe yang baru saja ia sadari bahwa lelaki itu adalah teman yang sangat ia kenal, Doe. Dee berkeinginan untuk kembali ke toko itu dan berharap ia akan bertemu dengan Doe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun