Kelakar rindang itu masih berwujud
Sama seperti kisah yang terbalut oleh angin-angin yang turut
Gelak tawa merayu dedaunan itu hingga menari
Saat kau sungkilkan sedikit partikel canda terurai menjadi atom-atom keindahan
Saf, rasa ini juga tak berubah
Sejak saat mata itu kau tancapkan pada retinaku
Ini detak cinta ketika sesaat kita saling memandang wajah
Yang masih kau anggap biasa kala satu
Aku ingin memandangmu sepenuhnya
Tanpa tirai penghalang yang membentang luas dikiri kanan
Tapi, rasa yang ku punya hanya berani untuk tetap diam pada masa
Hingga satu-satu cinta tumbuh menyusuri tajamnya duri kehidupan
Salahkah bila kutitip hati ini pada sebagian kecil dihatimu?
Yang tiada sanggup ku ungkap lewat lisanku
Saf, yakinkan aku bahwa ini bukanlah sebuah kesalahan
Kesalahan telah melibatkan keterkaitan hati denganmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H