Sesampainya di rumah ibukku bilang, “Nduk, awakmu kudu sekolah sing dukur, kudu sukses ben gak urip koyok bapak ibukmu dadi petani utowo mbakmu sing kudu dadi TKI ndek Arab. Awakmu kudu iso kuliah, sing penting sinau sing pateng, wis iku thok, masalah biaya dipikir mburi”
Selalu seperti itu. Aku tahu, meski SMA mendapat keringanan SPP, tapi tetap saja biayanya mahal terlebih karena aku masuk kelas R-SBI. Aku memang ingin sekolah terus, ingin sekali. Namun, aku tak sanggup melihat orang tuaku banting tulang lebih dari ini.
Akhirnya, dengan kemauan yang bulat agar bisa mewujudkan keinginan bapak ibukku biar aku bisa sekolah tinggi, aku pergi ke warnet, browsing, berharap ada beasiswa full buat kuliah, intinya gratis 100%.
Percayakah bahwa keyakinan tanpa batas itu akan melahirkan sebuah keajaiban? Iya, aku orang pertama yang akan menjawab dengan lantang bahwa itu benar adanya.
Aku terhenti ketika menemukan sebuah kata “BIDIKMISI” di websitenya Universitas Airlangga. Tak tahu, ada dorongan apa saat itu, aku pun mengkliknya, dan subhanallah doaku terjawab. Ada beasiswa yang memberikan biaya kuliah serta biaya hidup dan biaya lainnya secara full sampai lulus kuliah. Ku baca baris demi baris, ku catat setiap detail persyaratannya. Aku pun langsung melengkapi semua persyaratannya, tanpa babibubebo aku mencari surat tanah, surat rekening listrik, surat keterangan tidak mampu. Tak cari sendiri, karena bapak ibukku juga tidak paham tentang surat-surat itu.
Ku kirim berkas-berkasnya ke Guru BK-ku, namun Guru BK-ku ternyata tak tahu menahu tentang adanya beasiswa ini. Meskibegitu, Guru BK-ku sangat baik kepadaku, dengan menggratiskan biaya pengiriman berkas ke Universitas Airlangga.
*****
Ya, hanya inilah yang bisa dibanggakan bagi kami yang berada dalam kubangan kemiskinan. Sebuah prestasi. Bukan harta benda. Prestasi itulah yang menjadikan kami tidak diinjak-injak maupun dihina-hina lagi.