Mohon tunggu...
Nur Mala
Nur Mala Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi dan Revitalisasi Nilai dari Kearifan Lokal dalam Folklor Masyarakat Melayu Kepulauan Riau

18 Juni 2022   21:38 Diperbarui: 18 Juni 2022   22:27 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ungkapan melayu dan gurindam dua belas merupakan salah satu bentuk folklor lisan
yang menjadi salah satu kearifan budaya melayu kepulauan riau. Ungkapan ini memiliki makna
yang sangat luas dan berguna bagi generasi ke generasi, begitupula dengan sastra melayu klasik
ini. 

Artinya, selagi ungkapan dan gurindam ini masih dituturkan dan selalu dipegang teguh dalam masyarakat, maka iapun tidak akan pudar. Meski era globalisasi telah menduduki negeri, budaya tetaplah dinomor satukan. Di sinilah peran kita untuk menjaganya agar tidak hilang dan habis di telan masa. 

Bagaimana caranya untuk mengimplementasikannya? 

Implementasi kearifanl okal merupakan sebuah cara untuk mmenerapkan bagaimana penenaman nilai yang terkandung dalam sebuah kearifan lokal itu dalam kehidupan kita.

Revitalisasi kearifan lokal merupakan sebuah perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai nilai dari kearifan lokal. Mengingat dan menimbang jika era globalisasi perlahan mengikis budaya yang ada dengan digantikan oleh budaya luar. 

Pentingnya untuk membangkitkan kembali kearifan lokal yang ternggelam ini sangat diperlukan guna menjaga keeksistensinya dalam peradaban indonesia, termasuklah kearifan lokal dalam folklor masyarakat melayu Kepulauan Riau ini. Dengan situasi sekarang, globalisasi semakin
menerjang, budaya melayu kian tertendang dan jangan sampai budaya ini akan terbuang. Maka
dari itu pentingnya revitalisasi maupun implementasi baik dikalangan manapun. 

Lantas bagaimana caranya?

Menurut Lubis dalam jurnal Tasnim, (2020:6-7) menemukan bahwa:

Model revitalisasi tradisi lisan melalui dokumentasi tradisi lisan secara digital dan pemberian mata pelajaran mulok dengan model pengajaran yang melibatkan kolaborasiantara guru dan sastrawan pelaku Nandong. Langkah awal adalah mendokumentasikan tradisi lisan dalam bentuk audio-video agar dapat dilihat secara audio-visual. Dokumentasi secara audio-video mendokumentasikan performansi tradisi lisan secarae kseluruhan. 

Dapat kita ambil kesimpulan, bahwasannya tradisi lisan(floklor) baik dalam implementasi maupun revitalisasinya saling berhubungan antara satu sama lain. 

Adapun cara yang dapat diambil sebagai upaya untuk mengimplementasi dan revitalisasi nilai kearifan lokal dalam folklor budaya masyarakat melayu kepulauan riau, terutama bagi ungkapan-ungkapan melayu dan gurindam dua belas yaitu: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun