Mohon tunggu...
Nurmaidah Isti
Nurmaidah Isti Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Saya suka mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi Mini: Short Term Memory Loss

10 Februari 2024   16:15 Diperbarui: 10 Februari 2024   16:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di malam tahun baru yang meriah. Lapangan itu sangat penuh dengan semua orang. Langkahan kaki cepat memutari lapangan. Shely, berlari dengan hati yang penuh khawatir, mencari ibu nya yang entah pergi ke mana. Tapi ia yakin bahwa ibu nya ada di sini. 

Shely takut hal buruk terjadi padanya. Anak yang baru masuk 1 tahun di bangku SMP itu sangat begitu kebingungan,

       "Kemana aku harus pergi? Apakah ibu ku baik baik saja? Di mana dia sekarang? Bagaimana jika hal buruk terjadi pada nya? "

Shely berjalan sambil menangis di antara orang-orang yang sedang berbahagia menyambut tahun baru 2024. Tapi saat ini apa gunanya bahagia bagi Shely? Dia sedang berduka, ayahnya baru saja meninggalkannya bulan lalu 

Dengan putus asa, Shely pergi ke halte bus. Mungkin ibunya sudah tiba di rumah ketika ia pulang, pikirnya. Dia benar benar kehilangan arah. Shely duduk di halte bus ditemani angin malam yang dingin. Shely menangis, saat ini ayahnya tidak ada dan tidak ada juga ibu di samping nya. 

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampirinya, dengan wajah khawatir wanita itu bertanya

       "Adek kenapa? "

       "Saya sedih bu " Shely sedikit tenang ketika mendengar suara seseorang di sampingnya. 

       "Memangnya masalah apa yang bisa membuat anak remaja menangis? "

       "Setelah kepergian ayah, aku sangat hancur. Tetapi yang membuat ku lebih hancur adalah ibu ku, kini ia menjadi orang lain, tidak seperti yang ku kenal. " Kini yang ibu nya pikirkan hanya kenangan di masa lalu. Saat ini mungkin ia berpikir tentang kenangan bersama suaminya dan Shely di saat malam malam tahun baru mereka yang bahagia. 

       "Ibu ku sering hilang, ia pergi ke mana saja."

       "Kau sungguh kasihan, aku turut berduka atas kepergian ayahmu. Dan semoga ibu mu cepat kembali. "

       "Ya, terima kasih, " Shely mengusap air matanya

       "Ibu ayo kita pulang" Ucap Shely kepada wanita paruh baya itu ketika bus sampai di halte. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun