Mohon tunggu...
Tatanu
Tatanu Mohon Tunggu... -

Blogger traveller & edukasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kronologis Penganiayaan Perawat oleh Dokter Orthopedi di RS DKT Lampung

24 Juni 2013   05:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:31 2090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1372026834470617334

Informasi ini saya repost dari salah satu blog perawat, karena saya merasa tidak terima rekan se profesi saya yang jauh di sana menerima perlakuan yang tidak enak seperti ini dan tidak ada media yang mau mengangkat masalah tersebut .

Sejak zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai sebuah negeri yang penduduknya ramah. Sopan dalam berperilaku, santun dalam budi pekerti. Sangat beralasan jika para pendatang dari mancanegara bahkan penjajah dari Belanda, Inggris maupun Portugis pun betah berlama-lama tinggal di Indonesia.

Seiring dengan kemerdekaan yang telah diraih. Terbukanya akses penduduk terhadap teknologi dan informasi. Dan, peningkatan kesejahteraan yang dikecap oleh sebahagian kecil rakyat Indonesia, ditengarai telah menjadi salah satu sebab rusaknya tatanan sendi kehidupan yang harmoni tersebut.

Kini semakin banyak warga negara Indonesia yang lebih mementingkan diri sendiri. Kerap berperilaku agresif terhadap orang lain tanpa alasan yang masuk akal. Bahkan hanya karena dipicu oleh sebab yang sangat remeh.

Apalagi bagi seseorang yang merasa hebat dan senantiasa mementingkan sifatnya yang individualis, kemarahan atau amukan yang merugikan orang lain secara fisik dan mental sah-sah saja mereka lakukan. Ciri individu seperti ini dikenal dalam keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatri sebagai individu yang mengalami gangguan jiwa. Seorang psikosis. Bisa pula seorang psikopat yang terganggu kepribadiannya.

Kembali kepada tindakan kekerasan, saat ini tindak kekerasan tidak hanya dialami kalangan masyarakat umum saja. Bukan pula hanya terjadi didalam keluarga berupa kekerasan domestik yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau anak dan sebaliknya. Sekarang kekerasan pun kerap terjadi antar profesi, dalam satu profesi ataupun dilakukan oleh orang-orang yang mengaku berpendidikan tinggi dan menjabat kedudukan yang terhormat.

Lebih miris lagi tindak kekerasan itu justru dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan yang tugas dasarnya adalah menjaga dan meningkatkan kesehatan orang lain. Sungguh tidak bisa diterima oleh akal sehat.

Perawat sebagai sebuah profesi juga kerap terlibat dalam kejadian penganiayaan, ada diantaranya sebagai pelaku, tapi lebih kerap lagi menjadi korban yang babak belur. Satu penganiayaan yang brutal dan tidak berperikemanusiaan minggu ini baru saja dialami oleh seorang perawat. Dilakukan oleh seorang oknum dokter spesialis orthopedi berinisial T di sebuah Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara (RS DKT) yang beralamat di jalan Dr. Rivai No. 7 Bandar Lampung.

Perawat berinisial Y ini, telah mengalami penganiayaan fisik yang cukup berat. Pelaku yang seorang dokter dari kalangan militer dengan fisik yang terlatih, tentu saja bukan tandingan yang sepadan bagi perawat Y yang bukan orang militer. Akibatnya tentu saja korban tidak mampu untuk melakukan perlawanan. Korban pun babak belur.

Pelaku naik pitam atas alasan yang sepele, yaitu karena perawat Y membantah perkataan pelaku yang mengatakan bahwa “perawat adalah pembantu dokter.  Debat di kawasan rumah sakit itu berujung dengan tindak penganiayaan. Pelaku yang marah besar memukul perawat Y secara membabi-buta, tidak ada perlawanan yang berarti, bahkan ketika korban terjerembab di lantai pun pelaku terus mengejar dan menghujaninya dengan bogem mentah.

Pada saat kejadian tidak diketahui apakah ada yang memisahkan atau tidak. Informasi yang didapatkan saat ini masih terbatas karena hampir sebahagian besar saksi kejadian tutup mulut dan tidak bersedia untuk berkomentar. Bahkan hingga beberapa hari setelah kejadian, tidak satupun media online atau offline di Bandar Lampung yang memberitakan tindak kekerasan dokter orthopedi T yang asal tentara ini terhadap perawat Y. Ada indikasi pelaku adalah orang yang memiliki dukungan kuat sehingga peristiwa ini sengaja ditutupi dari media.

Berdasarkan informasi dari pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Lampung yang mengunjungi korban di rumah sakit, terverifikasi bahwa kejadian ini memang telah dialami oleh perawat Y. Photo dibawah ini adalah keadaan sebenar dari perawat Y setelah menjalani operasi rekonstruksi hidung yang dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 lalu.

Keadaan korban saat ini wajahnya masih terlihat lebam, terutama dibawah mata. Nafas hanya bisa menggunakan mulut karena kedua hidung masih terpasang tampon. Sungguh brutal sekali perilaku dokter T itu. Silakan perhatikan sekali lagi keadaan perawat Y dalam photo diatas, sungguh miris sekali bukan?

Kejadian seperti ini tidak boleh terulang. Korban maupun perawat-perawat lain yang pernah dianiaya sepreti ini pasti merasakan sakit yang tidak terperi. Malu bahkan sakit hati. Begitupun profesi telah tercoreng oleh ulah oknum dokter spesialis orthopedi yang perilakunya tidak ubahnya seperti preman pasar yang tidak berpendidikan.

Pelaku – dokter spesialis orthopedi berinisial T – harus dihukum sesuai aturan yang berlaku di negara ini. Tidak boleh dibiarkan dan dimaafkan begitu saja. Biarkan pelaku meringkuk di penjara sebagaimana pelaku penganiayaan terhadap pramugari yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu.

Kepada organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung, proses kejadian ini dengan segera. Jangan sampai ada lagi perawat-perawat Y lain yang menjadi korban, jangan sampai ada lagi dokter-dokter T lain yang arogan dan sewenang-wenang terhadap orang atau profesi lain.

Kepada organisasi profesi PPNI Lampung, laporkan dokter T ini ke polisi. Laporkan pula pelaku kepada atasannya di wilayah teritorial Korem Garuda Hitam, juga atasannya lagi di Pomdam II Sriwijaya, bila perlu sampai Panglima TNI AD dan Presiden Republik Indonesia. Tidak lupa laporkan pula kepada dinas kesehatan dan instansi terkait.

Kepada PPNI Lampung, laporkan pula pelaku kepada Komnas HAM ataupun LBH yang ada disana. Pastikan bahwa pelaku diproses sebagaimana rakyat Indonesia lain yang lalai dan melakukan tindak kriminal.

Kepada rekan sejawat perawat di seluruh Indonesia, bantu sebarkan informasi ini ke media online dan offline. Kita awasi proses hukum untuk semua kasus penganiayaan terhadap perawat, termasuk kasus terhadap perawat Y ini. Bantu agar media mau untuk memberitakan aksi brutal yang dialami perawat ini.

Akhirnya, mari senantiasa kita praktikkan zero tolerance to violence mulai hari ini. Mari kita katakan pada diri kita dan orang lain disekitar kita: “Say No to Violence!”.

Kepada media massa nasional, tolong untuk menggali informasi dan mengusut tuntas kasus seperti ini agar tidak terulang lagi hal yang sama....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun