Mohon tunggu...
Nurma FajarIslami
Nurma FajarIslami Mohon Tunggu... Guru - Konselor

Seorang konselor di SMP Negeri 2 Lampung Selatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practices Konseling Kelompok Pendekatan REBT

10 Desember 2022   11:44 Diperbarui: 10 Desember 2022   12:16 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

17-18 November 2022

Situasi: 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa siswa di SMP Negeri 2 Sidomuyo, terutama di kelas VII yang sering berkata kasar/toxic dan bertindak agresif. Selain itu, siswa mudah marah tanpa tahu penyebabnya. Kadang karena sebab kecil bisa menjadikan siswa berkelahi. Siswa juga kurang pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah, yang mereka pahami berkelahi adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Perilaku tersebut mengganggu dan menyakiti temannya yang berakibat hubungan pertemanan menjadi terganggu. Perilaku tersebut apabila dilakukan terus menerus akan mengganggu perkembangan emosional siswa. Faktor utama yang menjadi penyebab dari munculnya perilaku tersebut adalah pengendalian emosi siswa yang masih rendah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis melakukan kajian literatur dan wawancara. Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara, strategi layanan yang dapat dilakukan adalah dengan layanan konseling kelompok teknik STOP dengan pendekatan Rational Emmotive Behavior Therapy. Strategi ini dipandang sebagai strategi yang tepat karena melalui layanan ini. Melalui teknik STOP, konseli dapat merelaksasi dirinya sehingga memunculkan kesadaran diri yang berujung pada pengendalian emosi yang baik. Sehingga melalui tenik tersebut, konseli dapat mempelajari cara mengendalikan emosi melalui proses penyadaran diri dan pengambilan nafas dalam.

Peran penulis dalam strategi layanan ini adalah sebagai guru BK dan penyelenggara layanan konseling kelompok. Penulis bertanggung jawab untuk memastikan kegiatan konseling berjalan dan mencapai tujuan. Selain itu, penulis juga memiliki peran untuk membangun dinamika kelompok pada saat kegiatan berlangsung.

Tantangan : 

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

Untuk mewujudkan layanan konseling kelompok dengan teknik STOP, penulis menghadapi beberapa tantangan baik dari dalam maupun dari luar diri penulis. Tantangan yang berasal dari dalam yaitu penulis belum terampil dalam menerapkan pendekatan Rational Emmotive Behavior Therapy dalam sebuah layanan konseling kelompok. Tantangan yang berasal dari luar yaitu ruang konseling kelompok yang belum tersedia sehingga waktu pelaksanaan perlu menggunakan ruang lain, yaitu mushola dan ruang kelas. Pada pertemuan pertama konseling kelompok dilakukan di mushola, sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanaan di ruang kelas. Sehingga waktu pelaksanaan konseling kelompok pertemuan kedua dilaksanakan saat pulang sekolah.

Demi mewujudkan layanan konseling kelompok yang optimal, penulis membutuhkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Penulis meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk tujuah siswa yang mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok tidak mengikuti pelajaran. Konseli yang terlibat dalam layanan berasal dari kelas VII sejumlah 7 orang siswa.

Aksi : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun