Ah, kami bukan hendak mencari cerita tentang suka duka seorang wanita malam. Jadi harus focus dengan tugas jurnalistik yang membuat kami ke Lhokseumawe ini. “Tentu saja banyak pengalaman yang dapat di petik dari petualanganmu,” saya bicara, berusaha mengalihkan cerita ke topik baru.
Akmal menambahkan, “kami salut juga, kamu bisa kenal sama pejabat-pejabat di sini. Kamu sebenarnya hebat.” Ini jelas saya tahu, Akmal sedikitt mengarang cerita. Tapi tebakannya itu tak sepenuhnya salah, bisa dilihat dari cara berpakaian perempuan ini yang cukup anggun, tidak norak. Tentulah bukan pakaian murah.
Berlagak tak memerlukan jawaban atas pertanyaannya, Akmal menawarkan makan dan minuman untuk dia. Dia mengangguk, menyebut sop buntut, dan segelas jus jeruk. Saya menelepon restoran, dan minta tiga porsi. Juga tiga bungkus rokok. Tak soal bagi saya untuk memesan, toh ada Akmal yang membayar semuanya.
“Lho, kok Abang tahu saya berhubungan dengan beberapa pejabat di sini.” Dia balik bertanya. Kami tertawa, berusaha menjadi sangat akrab.
“Ya pasti lah, kami kan sering melihat kamu. Jangan khawatir, kami orang yang pandai menjaga rahasia.”
Mulailah dia bicara ngolor ngidul tentang pengalamannya. Dia kemudian masuk ke ceritta hubungannya dengan seseorang yang tahu seluk beluk keamanan di Aceh Utara.
Bahkan perempuan ini tahu titik-titik rawan di Aceh dari orang itu. Dia bisa mengetahui pengepungan dan kapan perang terjadi. “Malam ini tak akan terjadi apa-apa, Bang. Mau taruhan.”
Kami menampik ajakannya. Malam sudah larut. Dia pamit. Akmal menambahkan uang tips sebagai terimakasih atas informasinya. Kami sudah memiliki banyak informasi untuk investigasi.
Yang kami sangat sadari, malam itu memang di Aceh Utara tak terjadi kontak senjata. Kami jadi percaya pada perempuan yang telah terjerumus ke lembah hitam itu.
Dari cerita dialah kami menelusuri berbagai cerita pertempuran di Aceh Utara. Kami juga sampai ke lokasi pengepungan Ahmad Kandang, tokoh GAM di Kandang, Aceh Utara. Di sini, kami penasaran sebab dia bisaa lolos dari kepungan dan hantaman bedil.
Agar dapat cerita basah, waktu itu kami bisa berusaha ditangkap GAM. Sebab kami tahu, GAM tak akan mencelakakan wartawan. Dan benar, sesampai kampung Kandang, kami dihadang pasukan GAM. Hasilnya, kami malah mendapat banyak cerita dari sini. Sayangnya kami tak sempat bertemu dengan Ahmad Kandang.
Begitulah sepenggal pengalaman meliput berita bersama Akmal. Di sini saya menimba ilmu darinya, tentang kecerdikannya yang penuh perhitungan.