Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hai, Diri

11 Oktober 2023   18:50 Diperbarui: 11 Oktober 2023   18:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Mila Okta Safitri from Pixabay

Hai, diri ... butuh berapa banyak lagi cahaya? Agar hatimu tak lagi buta. Berpura-pura menjadi hamba yang luar biasa, tetapi nyatanya maksiat masih saja berperan sebagai rajanya.

Hai, diri ... belum cukupkah kau dibuat gila oleh dunia? Mengenyam manisnya cinta yang fana, tanpa mengingat cinta yang sejatinya lebih mulia. Cinta Tuhan yang luar biasa.

Hai, diri ... berhenti merengek! Segala salah ada pada pribadimu. Jangan lagi menyalahkan takdir yang memang telah tersusun rapi, yang juga telah digariskan dengan teliti.

Sadarlah! Bertaubatlah! Mohon ampun pada Tuhan. Pun, harus lebih diperbanyak lagi mengingat-Nya, agar diri tak lagi alpa atas nikmat yang telah diberikan secara cuma-cuma.

Sekali lagi, mohonlah ampun! Sebab, betapa khilaf sering mewarnai. Kadang hadirnya disengaja, kadang pura-pura terlupa. Jika dipikir-pikir, diri ini terlalu naif. Berlagak aman hanya karena sedikit kesenangan. Padahal, masih banyak yang perlu dibenahi dengan saksama. Bahkan, hati juga sering kali beralasan klise atas dosa yang seringkali menghinggapi.

Ampuni aku, Tuhan. Sungguh, betapa syukur kerap kali diuji. Kadang ia luntur, padahal harusnya tak terukur. Wahai jiwa, kau lupa bahwa semesta hakikatnya fana. Kenapa urusan dunia seringkali dinilai sempurna.

Duhai hati.

Wahai jiwa.

Sadarmu seringkali melemah, ketika perbuatan dosa dengan sengaja membuncah. Sombongmu pun kian tak terarah, seolah akhirat bukan dijadikan akhir tujuan singgah. Apa kau lupa bahwa hidupmu di dunia hanya sekejap saja? Jawabannya, 'iya', kan? Tentu saja.

Ini bukan salah terka, bukan? Bagaimana tidak? Perihal duniawi tak henti dijunjung tinggi, sedang kehidupan setelahnya, dikesampingkan jua. Ah, diri ... apa kau pura-pura tak memahami semua? Mungkin saja.

Sebenarnya diri cukup sadar, bukan? Perihal bekal dunia selalu saja diagungkan. Ada beberapa jam per hari waktu yang diluangkan. Sementara itu, untuk urusan satu ini 'akhirat' sering saja dihiraukan. Untuk merapal ayat-ayat cinta-Nya saja tak diutamakan, sehari selembar juga masih keberatan.

Sadarkah, duhai hati? Ingatkah wahai jiwa? Betapa nilai keseimbangan seringkali terabai begitu saja.

Istigfar harus berapa kali lagi diucap, sih, hingga mampu meluruh segenap noda yang bersemayam di hati, atau paling tidak mampu mengurangi. Apa masih bisa? Apa kesempatan masih terbuka?

Allahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun