Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Episode Kehidupan

9 Oktober 2023   17:47 Diperbarui: 9 Oktober 2023   17:57 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Hieu Van from Pixabay

Sesaat menjadi bayangan, lalu dilenyapkan.

Terkadang menjadi yang tertinggal, lalu dijatuhkan.

Hancur. Lebur. Tersungkur.

Begitulah serba-serbi kehidupan. Manis-pahit tak dapat terhindarkan.

Jikalau berfokus pada perlakuan orang, kita sendiri yang akan terbuang tanpa dikenang. Namun, jika perbaikan diri yang diutamakan, berbuat baik kepada semua rekan, yang seiman atau yang tak sejalan, maka kebaikan akan turut serta mewarnai kehidupan.

Lihat nun jauh di sana, Nona!

Mungkin banyak orang yang tak henti bercakap tentang buruknya lakumu, tentang sakit yang sengaja kaucipta terhadap makhluk Tuhan yang lain, atau sesak yang kauberi yang tak pernah kausadari. 

Sungguh, saat ini bukan tentang penilaian orang lain terhadapmu yang harus membuatmu risau, gelisah, sampai lelah. Namun, penilaian Tuhan yang tak bisa dipungkiri yang harus kauhirau, karena tak satupun penghakiman dari-Nya yang bakal meleset.

Maka dari itu, bersiaplah untuk berbenah, Nona!

Percuma menjelaskan persepsi kita kepada tiap-tiap kepala, karena nyatanya mereka tak mungkin begitu saja menerima. Pembenci akan selamanya menjadi pembenci, bukan? Sehingga, tak perlu diri membalas dengan perlakuan serupa. Pun, tak perlu membela diri sekuat tenaga. Sebab, itu hanya akan membuang-buang waktu saja.

Sadar salah, kembali berbenah. Begitu saja sudah cukup.

Dalam episode kehidupan, masa transisi setiap insan memang berbeda. Maka dari itu, hargai setiap prosesnya. Jangan menghina, apalagi mencela seseorang yang sedang bertumbuh. Kita tak pernah tahu, bukan? Jalan hidup seperti apa yang akan ditempuh selanjutnya.

Bisa saja lebih terjal. Bisa jadi teramat berantakan. Salah sedikit saja perlakuan, hasilnya bakal tidak karuan.

Berlatih perkara empati memang tidak mudah, tetapi juga tidaklah terlalu susah. Kalau sering diasah, akan menjadi hal yang lumrah.

Terkadang, dampak komentar tidak tepat dari orang lain memang tidak main-main. Bahkan, ada yang sampai ranah mental yang terkena sasaran. Makanya, kudu hati-hati dalam tindak-tanduk, agar tidak membuat lara hati sesama.

Kali ini, sebagai pengingat diri, pahami bahwa validasi dari orang lain bukan satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam episode yang penuh huru-hara. Yang seharusnya dilakukan setelahnya hanyalah memantapkan diri untuk tak henti menebar kebaikan, meski sering terabaikan, karena Dia, sebenar-benarnya penghakiman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun