Kalau sudah begini, lagi dan lagi, perempuan yang menjadi korban. Belum lagi, kalau pasangannya tidak peka dan bersikap abai mengenai keluhan sang istri, bisa-bisa hidupnya seakan-akan mati karena psikisnya diuji berkali-kali. Selain itu, kalau gangguan eksternal juga terjadi, makin lenyap saja nyali yang dimiliki.Â
Maka dari itu, jangan pernah memaksa perempuan untuk menjadi seorang ibu. Sebab, menyandang gelar sebagai ibu adalah salah satu tugas yang teramat berat. Tidak semua orang mampu melaluinya dengan bijak.
Menjadi anak itu berat. Menjadi istri pun sangat berat. Menjadi ibu juga tak kalah berat.
Ketiga peranan itu memerlukan tenaga dan jiwa yang hebat bagi perempuan, agar tetap bisa waras ketika ditimpa permasalahan terkait kekejaman patriarki. Selain itu, ia juga butuh pendukung yang solid agar tidak tumbang ketika dihantam cobaan bertubi-tubi.
Oleh karena itu, teruntuk para perempuan, jangan saling menghancurkan, ya! Mari kita buktikan bahwa women support women itu bukan isapan jempol belaka. Selanjutnya, mari saling menopang agar kesenjangan sosial tidak terjadi lagi. Penganut patriarki pun tidak akan eksis lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H