Umi merasakan perasaan hangat di hatinya. Ia semakin yakin kalau gadis ini bukan menjual dirinya untuk uang seperti yang Tomine, paman dan bibi tuan muda katakan. Ia mengusap rambut hitam Rin.
“Ini pasti berat untukmu...” gumamnya, Rin terdiam sambil terus mengeluarkan air mata. Umi bisa merasakan perasaan kesepian di punggung gadis ini. Tinggal sendiri di rumah asing dalam keadaan terisolir tentu membuat siapa saja ingin menangis. Setelah beberapa menit, akhirnya Rin melepaskan pelukannya.
“Aku akan bilang ke Sata-sensei kalau nona kurang enak badan, lebih baik nona istirahat.” ujar Umi sambil menuntun gadis itu ke ranjang.
“Terimakasih Umi-san...” mendengar ini Umi tertawa, “Kuharap nona bisa mengatakan kalimat lain selain terimakasih dan maaf,” melihat Umi tertawa, mau tak mau Rin ikut tersenyum geli.
Perasaan Rin jauh lebih baik. Ia senang karena akhirnya ada orang yang mau memeluknya. Gadis itu merebahkan diri dan jatuh terlelap. Ia tidur dengan perasaan lega tanpa mengira bahwa keadaan buruk akan terjadi setelah ini.
**
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H