Shame atau malu merupakan emosi yang menyakitkan disertai dengan rasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, merasa tidak berharga, dan merasa 'kecil' atau rendah. Sehingga saat seseorang mengalami emosi malu tidak jarang dari mereka yang kehilangan kepercayaan diri, keberanian, bahkan merasa minder. Tentu rasa malu yang berlebihan mampu memberikan dampak negatif bagi kepribadian seseorang. Contohnya ada anak bernama Sasa, sasa merupakan sosok yang pemalu.Â
Suatu hari saat sasa sedang duduk di teras depan rumahnya teman-teman Sasa hendak bermain dan melewati rumah Sasa. Teman-teman Sasa pun mengajak Sasa untuk bermain lompat tali bersama. Namun Sasa menolaknya dengan malu-malu dengan alasan ia takut tidak bisa bermain lompat tali karena Sasa belum pernah bermain lompat tali sebelumnya dan Sasa takut jika ia kalah main maka akan ditertawakan oleh teman-temannya.Â
Contoh cerita di atas menggambarkan bahwa Sasa memiliki rasa malu sebab ia takut jika ia kalah bermain akan ditertawakan oleh temannya dan nanti ia akan merasa malu.Â
Hal seperti ini yang sering kali masih diabaikan oleh para orang tua dengan anggapan "biar sudah masih kecil nanti kalo sudah besar berani sendiri". Padahal hal seperti itu dapat mempengaruhi hubungan sosial emosional anak. Jika Sasa terus menolak ajakan teman-temannya maka tidak menutup kemungkinan Sasa akan tidak ditemani karena dianggap Sasa tidak asik.Â
Sebagai orang tua seharusnya mampu menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak, membiasakan berani mencoba segala hal baru yang positif, serta tidak takut kalah akan suatu hal namun menjadikan motivasi untuk lebih baik di hari berikutnya. Dengan begitu akan tidak ada lagi anak-anak yang memiliki sikap seperti Sasa.Â
Membangun kepercayaan diri kepada anak diantaranya dengan:
- Memuji anak saat anak melakukan hal positif
- Memberikan contoh yang baik sehingga ditiru oleh anak
- Menghindari memarahi anak