Dari contoh cerita di atas pendidik atau pun orang tua dapat memberikan pengertian kepada anak bahwa ketika ada hal yang membuatnya merasa diperlakukan tidak baik anak dapat berkata bahwa ia tidak suka seperti itu karena dapat membuatnya marah dan ketika anak sudah memberi penjelasan kepada temannya namun temannya tetap jail langkah selanjutnya anak dapat bilang kepada gurunya atau orang tua yang ada di sekitarnya atas kejadian itu. Sehingga dengan seperti itu tidak membiasakan anak untuk langsung marah saat menemukan situasi yang membuat sang anak tidak nyaman akan tetapi ada solusi yang lebih bijak dan baik. Dengan seperti itu juga dapat membentuk karakter anak yang baik yang akan di bawanya hingga tumbuh dewasa.
Apa itu Fear?Â
Fear atau takut merupakan respons perasaan yang timbul sebab seseorang merasa dirinya sedang berada dalam bahaya atau pun ancaman. Para ahli mengatakan bahwa fear atau takut merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh setiap individu.Â
Fear biasanya muncul ketika seseorang merasakan situasi di mana ia merasakan suatu kejadian atau suatu benda yang membuatnya merasa tidak aman. Sehingga rasa takut dijadikan sebagai tanda untuk melindungi diri dari objek yang dianggap tidak aman.Â
Contohnya seperti kisah seorang anak yang bernama hikmal, ia tinggal berdua dengan ibunya di rumah. Kebetulan rumah hikmal tinggal bersampingan tepat dengan masjid. Ibunya adalah seorang dosen aktif yang sibuk dengan profesinya sedangkan hikmal kala itu masih berumur 5 tahun. Hikmal memiliki jam tidur yang teratur.Â
Pada siang hari saat hikmal sedang tidur siang adzan dhuhur berkumandang dengan lantangnya dan hikmal pun terkejut, ia langsung terbangun dan ketakutan akan suara yang sangat keras itu. Hikmal teriak ketakutan dan menangis namun sayangnya Ibu nya hanya merespons sederhana " Jangan teriak dek Ibu sedang mengajar" sebab Ibunya masih zoom dengan mahasiswanya dan keesokan harinya dengan kejadian yang sama ketakutan hikmal semakin menjadi jadi ketika ia mulai mendengarkan suara mic masjid hendak dihidupkan ia bergegas menutup telinganya dan bersembunyi di bawah meja belajarnya.Â
Pada cerita di atas ketakutan hikmal sudah dapat disebut dengan trauma karena di mana ia menyembunyikan hingga menutup kedua telinganya saat suara mic hendak di hidupkan.Â
Dapat kita jadikan pelajaran seharusnya sikap yang dapat diambil oleh ibu hikmal yakni pertama meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian lebih kepada sang anak, kedua sang ibu dapat memberikan pengertian kepada hikmal bahwa suara tersebut bukanlah ancaman atau bahaya namun itu merupakan seruan bagi umat islam bahwa waktu shalat dhuhur telah tiba, dan yang ketiga ibu hikmal dapat merubah jam tidur hikmal yang tadinya ia tidur siang saat adzan namun dirubah menjadi setelah adzan dan setelah shalat lalu bangun ketika adzan ashar berkumandang dan segera menyegerakan shalat.Â
Seperti itu kurang lebih contoh dari fear atau ketakutan yang dialami oleh anak. Sebagai orang tua tentunya kita tidak ingin anak-anak kita memiliki trauma akan suatu hal. Maka sebab itu perlu bagi kita untuk selalu menjaga kenyamanan anak dan mengajarkan kepada anak akan keberanian serta percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H