Halo teman-teman apa kabar?, semoga senantiasa baik di mana pun kita berada aamiin...
Seperti yang sudah kita ketahui yakni emosi merupakan perasaan yang dirasakan seseorang dan terlihat dari ciri-ciri yang ada atau yang terlihat, contohnya seperti emosi Anger & Fear, ketika seseorang merasa marah maka biasanya mulai nada bicara hingga raut wajahnya akan berubah menjadi sedikit ketus dan murung, dan ketika seseorang merasa takut biasanya akan menunjukkan ekspresi cemas dan gelisah sampai menangis.
Emosi yang terjadi pada orang dewasa tentunya lebih terarah dan dapat dikendalikan oleh individu itu sendiri namun bagaimana kah dengan anak usia dini? apakah mereka mampu mengendalikan emosinya?Â
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas pengertian hingga contoh serta bagaimana cara bagi para pendidik dan orang tua untuk dapat bersikap bijak dalam mengelola emosi anak agar anak tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.Â
Apa itu Anger?
Anger atau marah merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa tertolak atau tertentang akan perlakuan seseorang terhadap dirinya. Marah juga dapat dipicu sebab perasaan tidak senang atau pun tersinggung dengan perlakuan orang lain. Emosi marah dapat berupa amarah, rasa sakit hati, sedih, merasa terancam, cemas, bahkan kecewa. Setiap individu memiliki ekspresi yang berbeda-beda saat menunjukkan kemarahannya. Biasanya anger dikaitkan dengan ekspresi wajah dan tubuh yang berbeda, termasuk ketegangan tubuh seperti wajah, alis berkerut, mulut melengkung atau manyun, dll. Lalu apa saja faktor penyebab anger?Â
Menurut Zaquest secara garis besar emosi marah biasa disebabkan oleh 2 faktor, diantaranya yakni:
- Faktor internal
Menyangkut kontrol diri seseorang, pola pandang yang anut serta kebiasaan yang ditumbuhkannya dalam merespons suatu perkara atau permasalahan, contohnya yakni bisa dari faktor keturunan yakni ketika ayahnya mudah marah saat mengadapi suatu hal maka tidak menutup kemungkinan kebiasaan itu turun pada sang anak.
- Faktor eksternal
Situasi-situasi di luar diri seseorang yang memancing respons emosional, latar belakang, serta budaya, dan lingkungan sekitar, contohnya seperti di mana kondisi seseorang yang sedang tidak mood lalu menerima perlakuan yang tidak nyaman oleh ingkungan sekitar.Â
Tidak hanya orang dewasa yang dapat merasakan emosi anger atau marah namun anak-anak pun kerap merasakannya dan berujung pada teriakan hingga tangisan biasa juga disebut rewel. Mengapa demikian? sebab anak masih memiliki kosa kata yang terbatas sehingga tidak mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan.Â
Salah satu hal yang menurut anak bisa dilakukan agar lingkungan sekitarnya paham bahwa anak tersebut merasa marah maka ia akan berteriak atau pun menangis, contohnya saat seorang anak asik bermain menyusun balok lalu datang temannya yang jail berlari dan langsung menghancurkan mainan balok yang sudah tersusun lalu meninggalkan begitu saja dan sang anak yang sedang bermain balok itu pun spontan teriak dan menangis sebab merasa diperlakukan tidak baik oleh temannya.Â
Dari contoh cerita di atas pendidik atau pun orang tua dapat memberikan pengertian kepada anak bahwa ketika ada hal yang membuatnya merasa diperlakukan tidak baik anak dapat berkata bahwa ia tidak suka seperti itu karena dapat membuatnya marah dan ketika anak sudah memberi penjelasan kepada temannya namun temannya tetap jail langkah selanjutnya anak dapat bilang kepada gurunya atau orang tua yang ada di sekitarnya atas kejadian itu. Sehingga dengan seperti itu tidak membiasakan anak untuk langsung marah saat menemukan situasi yang membuat sang anak tidak nyaman akan tetapi ada solusi yang lebih bijak dan baik. Dengan seperti itu juga dapat membentuk karakter anak yang baik yang akan di bawanya hingga tumbuh dewasa.
Apa itu Fear?Â
Fear atau takut merupakan respons perasaan yang timbul sebab seseorang merasa dirinya sedang berada dalam bahaya atau pun ancaman. Para ahli mengatakan bahwa fear atau takut merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh setiap individu.Â
Fear biasanya muncul ketika seseorang merasakan situasi di mana ia merasakan suatu kejadian atau suatu benda yang membuatnya merasa tidak aman. Sehingga rasa takut dijadikan sebagai tanda untuk melindungi diri dari objek yang dianggap tidak aman.Â
Contohnya seperti kisah seorang anak yang bernama hikmal, ia tinggal berdua dengan ibunya di rumah. Kebetulan rumah hikmal tinggal bersampingan tepat dengan masjid. Ibunya adalah seorang dosen aktif yang sibuk dengan profesinya sedangkan hikmal kala itu masih berumur 5 tahun. Hikmal memiliki jam tidur yang teratur.Â
Pada siang hari saat hikmal sedang tidur siang adzan dhuhur berkumandang dengan lantangnya dan hikmal pun terkejut, ia langsung terbangun dan ketakutan akan suara yang sangat keras itu. Hikmal teriak ketakutan dan menangis namun sayangnya Ibu nya hanya merespons sederhana " Jangan teriak dek Ibu sedang mengajar" sebab Ibunya masih zoom dengan mahasiswanya dan keesokan harinya dengan kejadian yang sama ketakutan hikmal semakin menjadi jadi ketika ia mulai mendengarkan suara mic masjid hendak dihidupkan ia bergegas menutup telinganya dan bersembunyi di bawah meja belajarnya.Â
Pada cerita di atas ketakutan hikmal sudah dapat disebut dengan trauma karena di mana ia menyembunyikan hingga menutup kedua telinganya saat suara mic hendak di hidupkan.Â
Dapat kita jadikan pelajaran seharusnya sikap yang dapat diambil oleh ibu hikmal yakni pertama meluangkan waktunya untuk memberikan perhatian lebih kepada sang anak, kedua sang ibu dapat memberikan pengertian kepada hikmal bahwa suara tersebut bukanlah ancaman atau bahaya namun itu merupakan seruan bagi umat islam bahwa waktu shalat dhuhur telah tiba, dan yang ketiga ibu hikmal dapat merubah jam tidur hikmal yang tadinya ia tidur siang saat adzan namun dirubah menjadi setelah adzan dan setelah shalat lalu bangun ketika adzan ashar berkumandang dan segera menyegerakan shalat.Â
Seperti itu kurang lebih contoh dari fear atau ketakutan yang dialami oleh anak. Sebagai orang tua tentunya kita tidak ingin anak-anak kita memiliki trauma akan suatu hal. Maka sebab itu perlu bagi kita untuk selalu menjaga kenyamanan anak dan mengajarkan kepada anak akan keberanian serta percaya diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H