"Kau tak seharusnya berbuat begini..." keheningan akhirnya pecah. Meski datar, suara laki-laki itu terdengar menggelegar. Ia maju tanpa melepaskan tatapannya ke mata seseorang yang diajaknya bicara.
"Ini satu-satunya cara. Kau sudah terlalu lama menunggu..." dari belakang ada suara mendesis. Terdengar suara gesekan antara sisik dan lantai, suara halus yang entah mengapa terdengar menjijikan. Seketika ruangan terasa dingin. Sang laki-laki melirik tajam ke arah sosok ular di belakang orang yang diajaknya bicara.
"Jangan dengarkan itu. Kau tahu apa hukuman untuk orang yang mendua?" lanjut si lelaki.
"HAHAHA Peduli amat! Kau sudah 10 tahun menunggu!"
Lawan bicara mereka berdua mengusap-usap kasar wajah dan rambutnya. Nafasnya terdengar sesak. Wajahnya itu terlihat kusut. Wajar saja, sudah hampir sebulan ia kurang tidur.
Digamitnya mineral kecil yang tergeletak di samping segelas susu. Tanpa terasa, beberapa bulir airmata jatuh melesat. Dituangkannya seperempat air bening dari botol ke segelas susu hingga penuh.
"Ya, keputusanmu sudah benar. Kalau Ia tak mau memberikannya padamu, biar aku yang membantumu!" desis ular licik.
perempuan itu menoleh ke arah ular lalu memandang laki-laki di depannya. Ia meletakkan botol sambil terus menatap pedih ke arah si lelaki.
"Aku sangat menginginkan anak...."
"Maka mintalah," sahut laki-laki.
"10 tahun aku meminta!" teriak sang perempuan histeris, mendadak ia berjongkok sambil menutup kedua telinganya. Ia menangis tersedu-sedu.