Mohon tunggu...
Nurlailatul Fadilah
Nurlailatul Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang calon guru

Jadilah layaknya gelas kosong.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Pemikiran Filsafat Pragmatisme dalam Pendidikan

30 Desember 2021   15:19 Diperbarui: 30 Desember 2021   16:45 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Istilah pragmatisme berasal dari Bahasa Yunani yaitu pragma yang berarti sesuatu yang dilakukan atau tindakan. Pragmatisme merupakan salah satu aliran filsafat yang muncul di Amerika pada akhir abad XIX M. Terdapat tiga tokoh penting dalam mengembangkan aliran ini, yakni Charles S. Pierce, Williem James, dan John Dewey.

Menurut Charles S. Pierce, pragmatisme bukan hanya ilmu teoritik atau ilmu yang berusaha untuk mencari kebenaran saja. Pragmatisme lebih pada ilmu praktis dalam membantu memcahkan sekaligus menyelesaikan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupannya (Topan, 2021). Menurut William James, seorang psikolog sekaligus tokoh penting dalam aliran ini mengungkapkan bahwa pengalaman nyata dalam kehidupan merupakan kebenarannya yang sesungguhnya. Kebenaran yang dimaksud ialah kebenaran yang yang tidak hanya menekankan atas dasar benar atau salah melainkan apakah kebenaran tersebut memberikan petunjuk dalam manusia bertindak (Topan, 2021).

Adapun menurut John Dewey, pragmatisme merupakan suatu pemikiran dimana benar tidaknya suatu ucapan atau teori hanya tergantung pada kebermanfaatannya bagi kehidupan manusia (Zulfa & Irawan, 2021). Hal tersebut menandakan bahwa pragmatisme merupakan aliran filsafat yang sangat berpegang teguh pada praktek. Oleh karenanya aliran ini disebut juga filsafat aplikasi praktis (Topan, 2021).

Dari ketiga pendapat para tokoh penting pengembang filsafat pragmatisme ini, dapat disimpulkan bahwa pragmatisme adalah aliran berfikir yang menganggap bahwa suatu teori yang tepat adalah teori yang berguna, siap pakai, dan berlaku dalam dunia realitas dimana memiliki kecenderungan untuk manusia bertindak secara praktis.

Implementasi Filsafat Pragmatisme dalam Pendidikan

            Pada masanya, pola pikir Bangsa Amerika Serikat banyak yang terpengaruh dengan paham pragmatisme. Paham ini berkembang di seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali dalam aspek pendidikan. Dari ketiga tokoh penting yang sudah disinggung sebelumnya, John Dewey merupakan tokoh yang berjasa dalam pengembangan pragmatisme pendidikan (Priyanto, 2017).

            Pendidikan menurut filsafat pragmatisme tidak hanya proses pembentukan dari luar dan pemberian kompetensi dengan sendirinya, tetapi lebih pada suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi atas apa yang dialami oleh individu. Hal tersebut berarti pengetahuan yang didapat manusia sangat erat kaitannya dari pengalaman-pengalaman yang sudah didapatkan (Priyanto, 2017).

            Dalam dunia pendidikan pragmatisme merupakan aliran yang sangat memerdekakan peserta didik karena peserta didik diberikan kebebasan baik fisik maupun cara berpikir dalam mengembangkan bakat dan potensi yang belum tergali dalam diri peserta didik. Oleh sebab itu dalam pragmatisme pendidikan sangat tidak setuju dengan pendidikan yang bersifat otoriter. (Nursikin, 2016).

            Menurut Sadullah (Priyanto, 2017), implementasi pendidikan pragmatisme meliputi lima aspek. Kelima aspek tersebut ialah:

  1. Tujuan, tujuannya ialah memberikan berbagai pengalaman serta penemuan baru dalam hidup yang mana harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat serta lingkungan di sekitarnya.
  2. Kedudukan siswa, dalam pandangan pragmatisme anak merupakan individu yang memiliki pikiran yang aktif dan kreatif (bukan silent individual). Peran pendidik disini ialah selalu memperhatikan situasi lingkungan masyarakat anak sekaligus mendorong anak berperan dalam pemecahan masakah di sekitar lingkungannya.
  3. Kurikulum, menurut filsafat pragmatisme model kurikulum yang digunakan haruslah merupakan satu kesatuan dan saling terikat, selain itu terdapat keterpaduan antara pengalaman yang ada disekolah dan di luar sekolah. Model pembelajaran yang diterapkan dalam hal ini lebih bersifat kelompok sehingga anak akan terlibat bersama dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didik
  4. Metode, metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme lebih mengutamakan pada metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method).
  5. Peran guru, guru berperan sebagai pengawas sekaligus pembimbing bagi siswa tanpa menghambat minat dan kebutuhannya. Guru tidaklah satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa.

Dalam pandangan Richard Rorty, seorang filsuf Amerika kontemporer, pragmatisme pendidikan terletak pada proses pembelajaran (termasuk metode pembelajaran), peran pendidik dan peserta didik, materi, dan evaluasi pembelajaran (Dardiri, 2007).

Ditinjau dari aspek proses pembelajaran (termasuk metode pembelajaran), pendidikan pragmatisme haruslah terjadi transformasi pengetahuan yang bersifat komunikatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, metode pembelajaran yang paling sesuai adalah metode dialogis. Akan tetapi metode ini bukan untuk menstimulasi gagasan atau ide peserta didik melainkan untuk proses komunikasi sebagai upaya pembiasaan diri dalam mengutarakan gagasannya dalam rangka mengatasi masalah sehari-hari (Dardiri, 2007).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun