"Hm. Aku Rival, anak Bu Rahma. Ibu kemana?" tanyanya lagi padaku.
"Oh. Silahkan masuk. Bu Rahma sepertinya sedang pergi ke kota bersama Bapak tadi subuh. Aku berdua bersama Bi Ocih di rumah," jelasku.
Aku tak banyak berpikir saat itu, aku langsung masuk kembali ke kamar, dan melanjutkan istirahatku.
Sore itu di halaman belakang, aku melihat Rival sedang membersihkan motornya yang agak usang karena lama tak terpakai.
"Hai. Motor kamu masih bisa dipakai?" tanyaku menghampirinya yang sedang mengelap motor.
"Bisa. Mau jalan-jalan?" tanyanya padaku.
Aku agak terkejut dengan tawarannya. Rival menyalakan mesin motor dan mengajakku menaiki motornya menuju kebun teh. Aku dibawanya berkeliling kebun teh terdekat. Aku melihat wajahnya tampak bahagia. Wajahnya manis, dengan rambut yang diikat.
"Kamu kerja apa di sana?" tanyaku yang sedang dibonceng.
"Aku desainer. Tapi ingin banting setir, jadi tukang bakso," jawabnya serius.
"Ngaco kamu," kataku. Motor tiba-tiba berhenti. Mesinnya mati.
"Aku serius. Serius sama kamu. Pertama kali kita bertemu, aku langsung menyukai kamu, aku merasa ada sesuatu yang membuatku nyaman dan bahagia dalam hati," ucapnya melihat spion.