Sesekali, bolehlah kita buat suatu kesalahan. Suatu misal, menjatuhkan buku milik anak. Kemudian, kita ucapkan permintaan maaf kepadanya. Dengan skenario-skenario kecil tersebut, anak-anak akan menyaksikan tindakan tersebut. Sehingga, secara tidak langsung mereka akan mudah untuk meniru.
Kita juga perlu mengajarkan anak-anak pada tindakan salah mereka, dengan memberikan wawasan tentang alasan mereka untuk meminta maaf. Baik kesalahan itu dilakukan tanpa sengaja, atau memang sudah menyadari kesalahan yang diperbuatnya. Dengan demikian, anak-anak akan terlatih untuk menjadi perasa, sehingga mau meminta maaf dari ketulusan hatinya.
Meminta maaf adalah hal yang paling sulit dilakukan. Karena, dengan meminta maaf, sebenarnya kita sedang mengakui kesalahan yang telah kita lakukan. Oleh karena itu, kita melatih anak-anak dengan memberikan pujian ketika mereka mau meminta maaaf atas kesalahannya. Kita juga bisa memberikan hadiah kecil. Semisal, permen atau lainnya, sebagai penghargaan terhadap apa yang telah mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab.
Manfaat
Kebiasaan meminta maaf yang telah tumbuh sejak anak-anak akan memberikan manfaat pada kehidupan mereka. Dengan keberanian untuk meminta maaf, anak-anak akan terlepas dari rasa bersalah. Selain itu, hubungan yang tegang, akan menciptakan kondisi meresahkan. Dengan saling memaafkan, akan muncul perasaan bahagia dalam hubungan pertemanan sehari-hari.
Kebencian dan balas dendam mengganggu keselarasan dalam berteman. Kebencian tersebut akan menggerogoti diri dari dalam, dan memicu timbulnya tindakan negatif lain. Meminta maaf adalah perwujudan cinta, kebaikan, dan rasa sayang. Kita berharap, budaya maaf akan tetap tumbuh pada generasi penerus bangsa Indonesia. Semoga kebencian-kebencian dan pembenaran pada kelompok masing-masing yang selama ini mulai membudaya, akan terbendung dengan budaya maaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H