Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jidatku, Jidatmu dan Jidat Kita

29 Oktober 2015   16:22 Diperbarui: 29 Oktober 2015   16:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

******************************************

Nilai nilai Aswaja di Ke Nu an adalah standar wajib yang semua Nahdhiyyin seyogyanya tak mengabaikannya karna disitulah nilai nilai Qonun Asasy bersarang. Dan Qonun Asasy yang diasaskan oleh pendirinya adalah nahkoda bagi siapapun yang kelak menahkodai NU tidak boleh tidak.

Prinsip Aswaja pertama :Tawassut dan i’tidal:

yakni suatu sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah tengah kehidupan bersama .

Di sini kita harus memosisikan diri di tempat yang netral terhadap semua intepretasi “bekas sujud” termasuk di dalamnya jidat hitam itu. Kita dengan prinsip Aswaja yang pertama ini tidak boleh menyudutkan salah satu intepretasi dari “bekas sujud”(untuk selanjutnya disebut “bs”) yang multi intepretasi . Karna dengan membela yang lain tapi menyudutkan salah satu intepretasi berarti telah terjadi tathorruf atau ektrimisme dalam memosisikan diri terhadap intrepetasi “bs” yang implikasinya tidak berlaku adil dan lurus di tengah tengah kehidupan bersama.

Prinsip Aswaja kedua:Sikap Tasaamuh

yakni sikap toleran dan menghargai terhadap perbedaan pandang baik dalam masalah keagamaan terutama dalam hal hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiah serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.”

terhadap semua intepretasi “bs” dengan prinsip ini seharusnya sangat toleran dan menghargai perbedaan pandang karna ini jelas masalah furu atau bukan masalah aqidah. Maka bagaimana jika yang diserang adalah Aswaja? Maka sikap kita sudah jelas seperti dalam Alquran karana kita insya Allah pioner kebaikan sebagaimana firman Allah:

dan jika orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata salam (keselamatan )

Jadi, kalau perkataan yangdiperntukkan guna membalas orang yang melecehkan kita saja harus dalam koridor yang positif ,konstruktif dan membangun maka untuk perbuatan yang diperuntukkan guna membalas mereka harus lebih positif, lebih konstruktif dan lebih membangun (aslah). Ini adalah manhaj kita; Ahlussunnah Wal Jamaah. Namun dalam prakteknya , bukanlah urusan yang mudah untuk dijalani karna butuh penguasa atau orang yang kuat untuk membumikan prinsip Aswaja agar berdiri di antara pikiran yang beragam.

Untuk mendapatkan kedamaian dalam bingkai keberagaman haruslah dengan prinsip Tasamuh ini. Begitu pula dalam menyikapi intepretasi “bs”,sikap tasamuh harus dikedepankan agar kedamaian dalam bingkai keberagaman ini dapat diraih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun