Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Setuju Haji Tidak Di Bulan Zulhijjah Saja

1 Oktober 2015   23:27 Diperbarui: 1 Oktober 2015   23:56 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr Zulfikar Ali Shah mengilustrasikan dengan apik hubungan Haji dengan Arafah, dan Idul Adha dalam artikel yang beliau beri judul “Why Is Idul Adha A day after Arafah?”., dalam salah satu paragrafnya beliau memberikan kongklusi:

It is pertinent to note here that though there is no clear cut Qur’anic or Hadith text which requires all Muslims to celebrate Eid al-Adha after the day of Hajj, there are plenty of indirect references in the Qur’an and the Sunnah that connect this day of festivity with the acts of Hajj and Wuquf of Arafah. Furthermore, there is no text whatsoever, neither in the Qur’an, Sunnah nor in any authentic classical book of Fiqh, that remotely indicates that the Prophet (PBUH), or his Companions or any classical Muslim scholar has ever required to go, knowingly, against the established day of Wuquf of Arafah as announced by the Hajj authorities. Hajj is an expression of Muslim unity in addition to being a source of many spiritual reminders. It has political as well social dimensions. These aspects can be fulfilled only if the Muslim Ummah is united in observing Hajj especially once it has become possible to know through rapid means of communication when the Hajj is going to be performed. In our present circumstance there is no justification, under any fiqhi rule, to go against the Day of Hajj. Currently, going with Hajj is more beneficial (Maslahah) than celebrating Eid al-Adha independent of Hajj.

Sangatlah penting untuk digarisbawahi di sini walaupun tak ada salinan ayat Al Quran dan Hadist yang memerintahkan seluruh Muslim untuk merayakan Idul Adha setelah Haji (Arafah), di sana banyak sekali riwayat yang tidak langsung menjelaskan posisi ini di Al Quran dan Sunnah yang mengkorelasikan antara Idul Adha dengan perintah haji dan wuquf di Arafah. Lebih jauh dari itu tak ada satupun text bahkan dalam Alquran, Assunnah, ataupun dalam buku buku fiqh salaf yang autentik yang menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Muhammad atau para sahabat atau para ulama di minta menjauhi hari wukuf di Arafah yang dimaklumkan sebagai syarat inti Haji (sah tidaknya haji). Haji adalah ekspresi dari persatuan ummat Islam dan dibalik itu banyak nilai spiritual yang bisa menjadi pengingat Muslim di seluruh dunia. Berdimensi politik dan sosial. Dan aspek ini hanya bisa dipenuhi jika bersatu padu tumpah ruah dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menjalankan Haji. Dalam zaman yang penuh dengan perang pemikiran sekarang ini, tak ada pembenaran yang dibolehkan atas dasar fiqh manapun untuk mengabaikan Hari Arafah . Walupun sekarang ini, mengerjakan haji itu lebih maslahah dari pada merayakan Idul Adha itu sendiri.

Kongklusi dari artikel ini, saya setuju pendapat KH. Masdar dalam masalah pelaksanaan Haji tidak harus beberapa hari yang sempit seperti sekarang namun tidak akan setuju jika Wukuf di Arafah dimaju mundurkan demi masalah politik atau karna ada fataliti. Jika KH. Masdar mampu mengubah kebiasaan Muslim Nusantara yang ketika tahlilan harus memakai hitungan 7 hari 40 hari dan 1000 hari yang sudha menjadi pakem...baru boleh berfiikir mengubah ubah Haji...tapi saya tak yakin beliau sanggup mengubah pakem jawa itu karna akan berhadapan dengan ratusan juta Nahdhiyyin juga. Ini tantangan saya ke beliau tolong dishare.

Wallohu a’lam bisshowab.

Nurkholis ghufron.

[1] Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun