“ dar’ul mafaasid muqoddamun ala jalbil masholikh.”
Mencegah kerusakan didahulukan dari pada mengambil maslahat.[10]
Ketika Sukarno melemah di pertengahan dekade 60 an, KH. Idham Chalid dengan tangkas memainkan kartunya untuk mempersiapkan gerbong NU pindah haluan ke calon penguasa pasca Sukarno yakni Suharto. Terjadi perdebatan sengit di internal NU dalam posisi “pragmatis oportunis” pasca jatuhnya Sukarno, namun KH. Idham Chalid sekali lagi dengan kelihaiannya dapat meyakinkan koleganya di internal NU untuk tetap bersama pemerintah yang mempunyai kekuatan militer dalam rangka mengimbangi PKI yang menjadi sangat kuat di masa masa akhir Sukarno. Pilihan KH. Idham Chalid ini ternyata sangat jitu yang mengantarkan terbentuknya aliansi antara TNI dan Banser untuk bersama sama menumpas PKI yang secara fiqh telah difatwakan sebagai “bughot” sebagaimana sebelumnya di orde Sukarno.
Kondisi dan situasi pada waktu itu pada level “to kill or to be killed” karna PKI bukan saja Radikalis ekstrimis bersenjata namun lebih dari itu sadis dan bengis terhadap musuh politiknya dan telah jauh merasuki tubuh militer. Kaidah Ushul Fiqh yang berlaku pada kasus pemberantasan PKI adalah mencegah kudeta yang berakibat terancamnya keselamatan seluruh NKRI :
Yakhtamilu Addhororu AlKhossu lidaf’i adhhorori al Ammy
Ditangguhkan bahaya khusus demi menolak bahaya umum.[11]
Karna itu pemerintah siapapun setelah Suharto, dengan dalih Ham-pun jikalau menyalahkan penumpasan peristiwa PKI oleh TNI dan Banser ini maka itu sama saja dengan menyalahkan Negara dan NU yang pada waktu itu hanya selangkah saja menuju suksesnya kudeta PKI terhadap negara. Jika kudeta itu berjalan sukses maka adalah mungkin seluruh Muslim Indonesia termasuk NU akan dimusnahkan oleh PKI yang didukung militer pro PKI dan tidak akan kita saksikan kebebasan beragama seperti yang kita lihat sekarang ini.
Diakui atau tidak pragmatisme NU di masa pasca KH. Idham Chalid adalah warisan dari kepemimpinan KH. Idham Chalid meski dalam bungkus yang berbeda karna perubahan generasi dan masa . Perlu digarisbawahi di sini bahwa pragmatisme KH. Idham Chalid boleh jadi, tapi penulis tak mengatakan pasti, menjadi salah satu faktor eksis dan berkembang pesatnya NU di masa kini sebagaimana pergerakan pergerakan lain yang memilih konfrontasi dengan pemerintahan yang mengalami kehancuran.
Illustrasi perbedaan Pragmatisme KH.Idham Chalid dan Pasca KH.Idham Chalid.
[caption caption="Ilustrasi"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/13/pragmatismeidham-55f5803a397b6125308ae0ae.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Pragmatisme NU pasca KH. Idham Chalid: Definisi Terminologi Terorisme Ala Ibnu Muljam, Kenapa Abu Lu’lu’ Tidak? Ada Apa?