Hari rabu tanggal 9 September 2015 adalah hari yang sangat spesial untuk saya karna mendapat undangan rapat koprasi Artha Rosan Tijari Cukir Jombang yang sudah lebih dari setahun saya tinggalkan. Bukan hanya undangan yang menjadikan saya bahagia namun kesempatan untuk mengikuti undian dengan hadian yang cukup wah untuk ukuran di pedesaan apalagi peserta undian yang sah adalah orang yang menghadiri rapat tersebut alias tak boleh diwakilkan menjadikan jumlah peserta dengan hadiah yang disediakan hampir imbang alias fifty fity .
Dua buah sepeda motor matic baru, empat buah tv, dua buah kulkas , 5 sepeda gunung, magic com , kipas angin bermerek dan banyak lagi yang tersedia berjumlah tak kurang dari 80 hadiah. Sedangkan yang hadir dalam acara tersebut kurang dari 150 an orang, jadi kesempatan setiap orang yang hadir di rapat tersebut untuk mendapatkan hadiah dari kecil sampai sepeda mencapai > 53 persen alias sangat tinggi.
Sekali dua kali saya melirik hadiah sepeda motor yang nangkring di depan peserta sembari saya bergurau kepada peserta lain yang duduk di samping saya dengan menanyakan :
“Siapa yang memarkir sepeda di depan hadirin ya ??” tanya saya bergurau
“Lho itu hadiah mas bukan milik orang yang parkir...” Jawab dia bersemangat meyakinkan saya padahal saya mengerjainya.
Setelah rangkaian acara seremonial pemilihan ketua yang secara aklamasi dimenangkan oleh incumbent Bpk.H. Kholid Makarim tibalah acara pengundian. Sebelum dimulai acara tersebut saya sempat ngobrol dengan salah satu undangan yang saya kenal tiba tiba saja dia berceramah face to face.
“ Rizki kita itu sudah ada takarannya...seperti cangkir kalau terlalu penuh maka akan banjir...” Dia mengawali ceramahnya.
“Penuhnya cangkir bisa berupa rugi dari usaha dan sakit yang menjadikan modal kita tak mencapai bep atau impas..bahkan investasi seratus juta tapi kembalinya tak sampai.” terusnya.
Sampai beberapa puluhan detik kemudian nomor saya disebut oleh panitia :
“ Nomor undian 230 harap ke depan mendapatkan satu set cangkir ..dengan nama:
'NurKholis Ghufron'!!”
Demi mendengar panggilan, saya pun maju ke depan di mana panitia meminta nomor saya sambil memikirkan ‘ceramah ‘ kawan saya tersebut kenapa kok pas banget...dia menyinggung nyinggung cangkir eee saya dapat satu set cangkir sejurus kemudian saya ngacir pulang.
Meski sempat protes kepada malaikat pembagi rizki , Mikail “kenapa kok satu set cangkir ?? mosookkk...kenapa nggak Lemari Es Kek??? Televisi Magic Com kek ..Sepeda Gunung kek ..Micro wave kek .” Gumam saya sepanjang jalan pulang . Tiba tiba mesin sepeda motor saya macet di tengah sawah menyentak lamunan saya bagai tamparan keras. Saya nggak berani protes ke Tuhan langsung tapi Mikail lah yang menjadi sasaran 'kemarahan saya'. Ditambah Grup Wa yang memanasi dengan tulisan selebrasi "Selamat kepada Saudara Nurkholis atas hadiah sepeda motornya ..." ikut mengaduk aduk batin saya.
Matinya sepeda di tengah jalan itu menyadarkan saya akan nikmat dan anugrah Nya dan memaksa diri saya untuk mensyukuri apa yang saya dapatkan hari ini berupa kesehatan yang tak terhitung nilainya belum ditambah lagi anak istri yang masih dalam naungan kita itu adalah nikmat yang tak terhingga.
Tersadar dari kesalahan, saya melaksanakan sujud syukur kepada Allah. Bukan kecilnya hadiah tapi menyadari siapa di balik Yang Mengatur Cangkir itu agar sampai kepada saya itulah nikmat terbesar hari ini.
Satu set cangkir milik kita lebih baik dari sebuah sepeda motor milik orang lain.
Robby auzi’nii an asykuro nikmata Ka.
Ya Tuhanku , ilhamilah daku untuk mensyukuri nikmat Mu ...selalu..
Nurkholis Ghufron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H