Demi mendengar panggilan, saya pun maju ke depan di mana panitia meminta nomor saya sambil memikirkan ‘ceramah ‘ kawan saya tersebut kenapa kok pas banget...dia menyinggung nyinggung cangkir eee saya dapat satu set cangkir sejurus kemudian saya ngacir pulang.
Meski sempat protes kepada malaikat pembagi rizki , Mikail “kenapa kok satu set cangkir ?? mosookkk...kenapa nggak Lemari Es Kek??? Televisi Magic Com kek ..Sepeda Gunung kek ..Micro wave kek .” Gumam saya sepanjang jalan pulang . Tiba tiba mesin sepeda motor saya macet di tengah sawah menyentak lamunan saya bagai tamparan keras. Saya nggak berani protes ke Tuhan langsung tapi Mikail lah yang menjadi sasaran 'kemarahan saya'. Ditambah Grup Wa yang memanasi dengan tulisan selebrasi "Selamat kepada Saudara Nurkholis atas hadiah sepeda motornya ..." ikut mengaduk aduk batin saya.
Matinya sepeda di tengah jalan itu menyadarkan saya akan nikmat dan anugrah Nya dan memaksa diri saya untuk mensyukuri apa yang saya dapatkan hari ini berupa kesehatan yang tak terhitung nilainya belum ditambah lagi anak istri yang masih dalam naungan kita itu adalah nikmat yang tak terhingga.
Tersadar dari kesalahan, saya melaksanakan sujud syukur kepada Allah. Bukan kecilnya hadiah tapi menyadari siapa di balik Yang Mengatur Cangkir itu agar sampai kepada saya itulah nikmat terbesar hari ini.
Satu set cangkir milik kita lebih baik dari sebuah sepeda motor milik orang lain.
Robby auzi’nii an asykuro nikmata Ka.
Ya Tuhanku , ilhamilah daku untuk mensyukuri nikmat Mu ...selalu..
Nurkholis Ghufron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H