Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Sword Of God: Rambut Sang Nabi Inspirator "Undefeated Man"!

20 September 2012   04:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:11 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika tampuk kepemimpinan Khulafaurrasyidin di bawah Umar Bin Khottob,  beliau melihat bahwa pasukan Muslimin sudah mengidolakan Khalid bin Walid secara berlebihan dan Umar takut keadaan ini menjadikan suatu anggapan bahwa Khalidlah yang menciptakan kemenangan demi kemenangan selain Allah. Umar pun memecat Khalid ketika perang Yarmouk yang dipimpinnya masih berkecamuk. Untuk menghindari turunnya moral pasukan, surat ini dirahasiakan sampai seleseinya perang. Namun sebab pemecatannya masihlah absurd yang boleh jadi dipicu oleh rivalitas kedua sepupu di masa lalu dan marahnya Umar ketika Khalid menikahi istri Malik yang cantik setelah mengeksekusi mati suaminya di zaman Abu Bakar,  pendahulu Umar.

Khalidpun dipanggil ke Madinah, dengan nada kesal bercampur amarah dia menanyakan sebab pemberhentiannya yang dijawab oleh Umar:

"Apa yang telah anda telah lakukan dan tidak ada seorang pun yang melakukan seperti yang anda lakukan. Tapi ini bukan tentang orang yang melakukan, Allah-lah yang melakukan...."

Kurang dari empat tahun setelah pemecatannya sebagai seorang Komandan, Khalid meninggal dan dikuburkan di Emesa atau homs dalam bahasa Arab. Di nisannya terukir 50 kemenangan pasukan yang dipimpinnya dan tak sekalipun Khalid dikalahkan oleh musuh, jumlah tersebut belum termasuk perang-perang  kecil.

Cita-cita sebagai seorang syahid di medan perang dipupus oleh Allah.Untuk membuktikan bahwa Allahlah yang Maha Besar.Allah memanggilnya tidak sebagai seorang syahid di medan perang namun sebagai orang biasa yang seakan tidak pernah bertemu dengan tombak dan pedang musuh. Menjelang saat-saat akhir hayatnya ,dia seakan mengungkapkan rasa kecewanya pada "Tuhan" karna niatnya menjadi Syahid tidak dikabulkan.Dengan apik dia memanjatkan syair :

"Aku berjuang dalam banyak pertempuran mencari Kesyahidan, tidak ada tempat di tubuhku melainkan memiliki bekas luka tusuk tombak, pedang atau belati, namun inilah aku, mati di tempat tidur seperti unta tua mati. Semoga mata para pengecut tidak pernah tidur."
The End
Narasi Oleh :Nurkholis Ghufron


Sumber bacaan:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun