Sejak dikonfirmasinya kasus COVID-19 pada awal tahun 2020 di Indonesia, masyarakat telah menjalankan kebiasaan baru dalam kesehariannya (New Normal) seperti membatasi mobilitas dan interaksi langsung, menjaga jarak, dan lebih banyak melakukan aktivitas di rumah untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Hal tersebut telah berdampak pada perekonomian global maupun nasional yang jatuh ke dalam jurang resesi.
Pembatasan mobilitas dan interaksi langsung memberikan dampak yang sangat signifikan pada sektor-sektor ekonomi. Selain itu, Krisis ekonomi di tahun 2020 ini juga memberikan dampak yang meluas, termasuk kepada UMKM, golongan masyarakat menengah bawah, dan daerah-daerah di Indonesia.
Turunnya aktivitas perekonomian dan terbatasnya mobilitas barang dan jasa, serta pembatasan ruang gerak masyarakat, pada akhirnya menekan pula pendapatan perusahaan dan masyarakat. Sehingga banyak kasus pemutusan hubungan kerja pada karyawan.
Tahun 2021 diproyeksikan perekonomian global akan mengalami pemulihan dengan meningkatnya optimisme dalam penanganan COVID-19 melalui pemberian vaksin dan dampak dari kebijakan ekonomi yang ekspansif di berbagai negara.
Seiring dengan pemulihan ekonomi global, ekonomi Indonesia tahun 2021 diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan mobilitas penduduk. Sektor Informasi dan Komunikasi menjadi unggulan di seluruh Indonesia pada masa pandemi ini.
Adanya kebijakan PSBB yang membatasi mobilitas penduduk dan kontak secara langsung menyebabkan permintaan terhadap Sektor Komunikasi mengalami peningkatan. Permintaan terhadap layanan data, telekomunikasi dan internet diperkirakan tetap tumbuh sehubungan beralihnya aktivitas masyarakat dari kantor, pusat perbelanjaan dan sekolah ke rumah masing-masing. Kebiasaan tersebut diperkirakan berlanjut pada masa new normal sehingga dapat mendukung kinerja Sektor Komunikasi.
“Digitalisasi” ekonomi merupakan angin segar dalam menjalani masa new normal. Adanya kebiasaan baru dan awareness terhadap penularan wabah COVID-19, memaksa konsumen (dan juga produsen) untuk wajib menggunakan teknologi dalam kesehariannya. Pada saat terjadinya PSBB, industri e-commerce menjadi backbone bagi aktivitas perdagangan di sektor riil agar tetap hidup. Pelaku bisnis harus mengubah pola pikir untuk lebih mempertimbangkan aktivitas bisnis secara online. Secara bertahap, sektor informal maupun pedagang di pasar tradisional juga akan dapat beralih ke arah teknologi digital pada industri e-commerce.
UMKM khususnya yang bergerak di bidang perdagangan harus mampu menggunakan teknologi dalam bisnis model mereka.Jual beli online tentunya berimplikasi terhadap pengembangan sistem pembayaran digital yang akan semakin sedikit menggunakan uang fisik. Tren pembayaran digital yang berpotensi meningkat pesat selama masa pandemi.
Sinergi Jasa Keuangan dan Informasi Komunikasi semakin diperlukan untuk mempercepat proses recovery sektor ekonomi lainnya dalam masa new normal. Sektor perdagangan yang identik dengan UMKM kita lihat merupakan sektor unggulan di hampir seluruh provinsi di Jawa pada saat sebelum new normal.
Dalam menolong sektor UMKM, selain restrukturisasi kredit dari perbankan, edukasi dan sosialisasi penggunaan aplikasi teknologi dalam berjualan juga diharapkan dapat menolong pulihanya UMKM di era new normal.Salah satu daerah yang mulai menjalankan startegi tersebut adalah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Ditenggah masa pandemi covid-19, sarung tenun tradisional asal Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Gresik juga mulai menembus pasar ekspor di negara kawasan Timur Tengah. Padahal usaha ini sempat terseok-seok akibat pandemi Covid-19. “Menurut catatan saya, pada Januari 2021 lalu kami sudah pernah memfasilitasi ekspor sarung wedani ke beberapa negara Timur Tengah. Kami berharap ekspor kedua kali ini akan semakin membuka pasar ekspor baru,” ujar Bier Budy.
Sementara itu, salah satu anggota tim assessment dari Jakarta yaitu Ceo PT Kakean Primanda Indonesia juga ikut bersama-sama melepas ekspor sarung wedani Cerme ke Dubai, Jeddah, Brunai Darussalam, Ethiophia dan Uni Emirat Arab. Harapan besar dari ekspor sarung ini adalah dapat menyerap tenaga kerja dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya Kabupaten Gresik.
Diakui Wabup Bu Min, sejak masa pandemi ini perekonomian masyarakat sempat terpuruk. Kami berharap UMKM sarung desa wedani bisa mencari terobosan. “Kami tahu, kualitas sarung produksi masyarakat Wedani ini sangat berkualitas bagus. Saya sudah melihat proses pembuatannya. Hasilnya sungguh sangat luar biasa,” ujarnya. Sarung tenun asal Gresik ini umumnya dikerjakan secara tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Selain Sarung Tenun, pemerintah Kabupaten Gresik mendorong petani buah mangga asal Desa Gedangan, Kecamatan Sidayu – Gresik, untuk menembus pasar Singapura dengan membantu ekspor perdana yang bekerja sama dengan bea cukai di wilayah setempat.
Apresiasi diberikan oleh Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani kepada para pelaku UMKM yang telah berhasil melihat peluang hingga dapat mengekspor mangga ke Singgapura. "Saya bersyukur, bahwa sektor pertanian sejauh ini masih kebal dari dampak Covid-19. Dan hari ini tembus pasar internasional, sebanyak 300 kilogram mangga jenis harum manis diekspor perdana," kata Gus Yani, Bupati Gresik.
"Para UMKM harus berani mencoba pasar internasional. Konsepnya 3B, Bela, Beli dan Bagi," kata Gus Yani. Kepala Kantor Bea Cukai Gresik Bier Budy Kismulyanto mengatakan bahwa UMKM telah menjadi penyangga dalam kondisi pandemi dan pihaknya berjanji akan terus memfasilitasi pelaku UMKM sampai kepada buyer atau pembeli.Selain Singapura, pasar internasonal lain yang menjadi bidikan adalah China.
Harapannya pengembangan sektor ekonomi UMKM yang dilakukan Kabupaten Gresik dapat digunakan sebagai motivasi untuk daerah lainnya, agar lebih menggali potensi diri dan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada sehingga dapat bersaing dan bertahan sebagai bentuk strategi pandemic recovery.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H