Menyuarakan suara hati itu apakah suatu kesalahan? Merasa kesal lantas diam apakah bagus?Â
Benci dengan sesuatu hal yang tidak kamu sukai boleh boleh saja. Tetap pikirkan apa efek jangka panjang.Â
Jangan karena emosi semata lantas semua buyar seketika.Â
Yang perlu itu kamu. Dia hanya membantu. Jika menurutmu bantuan itu bukan dari hati ya sudah. Cukup terima dengan lapang dada.
Jika kamu terus mendiamkannya, yang rugi siapa? Kamu toh!Â
Jangan goblok. Tuhan maha membolak-balikkan hati.Â
Tidak untuk menghakimi apapun yang kamu rasakan. Tidak. Hanya saja coba lebih realistis.Â
Jangan goblok. Jangan goblok. Jangan goblok.
Syukur dia mau membantu. Walaupun tidak seperti harapanmu toh.Â
Yah, bagaimana. Jawabannya jangan berekspektasi lebih. Cuma itu jawaban yang bisa ku berikan.Â
Cukup tau aja. Loh, sekali dua kali Yo ra Popo. Setiap hari itu bagaimana?Â
Akhh. Menyebalkan saja.Â
Aku memilih untuk mendiamkannya. Lantas apa? Bodoh. Ya aku bodoh.Â
Terima sajalah nasibmu yang demikian.Â
Perihal hatiku yang ikut terluka bagaimana?Â
Itu hatimu toh. Ya urus sendiri.Â
Tidak ada yang peduli akan dirimu kecuali dirimu sendiri.Â
Kalo dirimu saja tidak peduli? Lantas apa yang akan terjadi?Â
Akhh. Menyebalkan sekali.Â
Aku membenci situasi ini. Aku benci.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H